Chikungunya
atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan
kematian dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita,
tetapi serangan kedua kalinya belum diketahui. Penyakit ini cenderung
menimbulkan kejadian luar biasa pada sebuah wilayah.
1. Gambaran Klinis
Demam chikungunya
atau nama lainnya demam chik adalah suatu penyakit menular dengan
gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam
makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang
kadang-kadang disertai dengan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai
adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva,
pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah. Pada
anak-anak sering tidak menampakkan gejala yang khas. Pada beberapa
penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata
kemerahan dan mata berair.
Demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan.
Demam bisa bertahan selama 2-4 hari. Pada anak dapat timbul kejang
demam, kadang-kadang disertai penurunan kesadaran. Kejang demam tersebut
bukan akibat langsung dari infeksi virus, terbukti dari pemeriksaan
cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia dan
kelainan jumlah sel.
Nyeri sendi biasanya terlokalisir pada sendi besar, terutama sendi lutut
dan tulang belakang, tetapi bisa juga terjadi pada beberapa sendi kecil
terutama sendi pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari kaki dan jari
tangan. Sendi yang nyeri tidak bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Pada
pemeriksaan sendi tidak terlihat tanda-tanda pengumpulan cairan sendi.
Nyeri sendi sering merupakan keluhan pertama sebelum keluhan demam dan
dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang-kadang penderita memerlukan
”kursi roda” saat berobat ke fasilitas kesehatan. Pada posisi berbaring
biasanya penderita miring dengan lutut menekuk dan berusaha membatasi
gerakan. Nyeri sendi terutama banyak dialami oleh wanita dewasa.
Nyeri otot bisa terjadi pada seluruh otot atau hanya pada otot daerah
kepala dan bahu. Kadang-kadang terjadi pembengkakan otot sekitar mata
kaki. Sakit kepala sering terjadi, tetapi tidak terlalu berat. Ruam di
kulit bisa terjadi pada muka, badan, tangan, dan kaki, tetapi bisa
terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular. Ruam mulai timbul
1-10 hari setelah nyeri sendi. Ruam bertahan 7-10 hari, diikuti dengan
deskuamasi kulit. Kadang-kadang ditemukan perdarahan pada gusi. Di
India, ditemukan perdarahan gusi pada 5 anak di antara 70 anak yang
diobservasi.
2. Etiologi
Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, genus alphavirus atau
“group A” antrophod-borne viruses (alphavirus), famili Togaviridae.
Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia.
Vektor utama penyakit ini sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue,
yaitu nyamuk Aedes sp. Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor
namun perlu penelitian lebih lanjut.
3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi antara 2-12 hari,tetapi pada umumnya 3-7 hari
4. Sumber dan Cara Penularan
Penularan demam chik terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan
viremia) digigit oleh nyamuk penular Aedes sp, kemudian nyamuk tersebut
menggigit orang lain. Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah,
tetangga, dan dengan cepat menyebar ke satu wilayah (RT/RW/ dusun/desa).
5. Pengobatan
Pengobatan bersifat simptomatis menurunkan demam dan mengurangi rasa
nyeri dengan obat analgetik-antipiretik,beristirahat selama demam dan
nyeri sendi akut. Makanan seperti biasa, tidak ada pantangan.
6. Epidemiologi
KLB chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952,
Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972,
Afrika Selatan tahun 1976, Zaire dan Zambia di Afrika Tengah pada tahun
1978-1979. Pada tahun 1950 mulai menyebar ke wilayah Asia yaitu India,
Filipina, Thailand, Myanmar, Vietnam.
Kejadian luar biasa pernahterjadi di Yogyakarta (1983), Muara Enim
(1999), Aceh (2000). Pada tahun 2010 KLB Chikungunya terjadi di NAD,
Sumatera Selatan, Babel, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
Yogya, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Bali. Saat ini
hampir seluruh wilayah di Indonesia potensial untuk timbulnya KLB
chikungunya.
Penyebaran penyakit chikungunya di Indonesia terjadi pada daerah endemis
penyakit demam berdarah dengue. KLB seringterjadi pada awal dan akhir
musim hujan. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan
dengan peningkatan kejadian penyakit chikungunya. Berdasarkan data yang
ada chikungunya lebih sering terjadi didaerah sub urban.
7. Kejadian Luar Biasa
Definisi Operasional KLB Chikungunya adalah ditemukan lebih dari satu
penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak
pernah ditemukan penderita. (Pedoman Pengendalian Chikungunya, Kemkes,
2007)
Penanggulangan KLB Demam Chik terutama diarahkan pada upaya pemutusan
mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang sehat. Pengobatan bersifat
simptomatis. Upaya pencegahan terutama diarahkan pada pencegahan
terjadinya KLB di daerah berbatasan atau penyebaran daerah yang
mempunyai frekuensi transportasi yang tinggi.
1) Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap dugaan penderita demam
chik, terutama apabila memiliki gejala demam mendadak, nyeri sendi, dan
ruam. Adanya KLB demam chik sering rancu dengan adanya KLB demam dengue,
demam berdarah dengue, dan campak, oleh karena itu disamping distribusi
gejala dan tanda-tanda dari sekelompok penderita yang dicurigai,
diagnosis dapat didukung pemeriksaan serologis dengan metode Elisa atau
Rapid Diagnostic Test (RDT) pada sebagian penderita. Secara operasional
sebaiknya hanya diambil pada 10-25 penderita dengan gejala demam
mendadak, nyeri sendi dan ruam.
Tatacara pengambilan dan pengiriman spesimen demam chik adalah sebagai berikut :
-
Sampel adalah serum darah sebanyak 5-7 cc yang diambil dari penderita akut.
-
Sampel disimpan dan dikirim selalu berada pada suhu 4-8 °C, sehingga
pengiriman harus menggunakan termos dingin. Identitas dan data pendukung
perlu dilampirkan dengan cermat berupa nama penderita, tanggal mulai
sakit, tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan
gejala gejala yang timbul (demam, nyeri sendi, ruam, mimisan, batuk
darah, berak darah, dan syok) serta nama, alamat, telepon dan faksimili
pengirim spesimen.
-
Pemeriksaan dapat dilakukan di Bagian Virologi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara No.
29 Jakarta Pusat atau di Laboratorium Kesehatan Daerah yang telah mampu
melakukan pemeriksaan.
-
Hasil pemeriksaan laboratorium dikirimkan kepada pengirim.
Laporan penyelidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan :
-
Diagnosis KLB,
-
Penyebaran kasus menurut waktu (minggu), wilayah geografi (RT/RW, desa
dan Kecamatan), umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misalnya
sekolah, tempat kerja dan sebagainya.
-
Gambaran besar masalah keberadaan nyamuk dan jentik Aedes
-
Status KLB pada saat penyelidikan epidemiologi dilaksanakan serta perkiraan peningkatan dan
-
penyebaran KLB.
-
Faktor-faktor risiko lain yang berkontribusi terhadap timbulnya KLB
-
Rencana upaya penanggulangannya.
2) Upaya Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama, penyelidikan
KLB, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB serta penegakan sistem
surveilans ketat selama periode KLB.
Demam chik belum ditemukan obat, tetapi dapat sembuh sendiri sehingga
pengobatan bersifat simptomatis dengan pemberian obat penurun panas dan
mengurangi nyeri, dan beristirahat selama fase akut, serta pada umumnya
tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Untuk memutus mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang lain perlu
dilakukan tindakan sama dengan upaya pemberantasan KLB DBD yaitu,
gerakan pemberantasan sarang nyamuk, pemberian larvasida, memelihara
ikan pemakan jentik, perlindungan diri menggunakan repelen, obat nyamuk
bakar dan sejenisnya, penggunaan kelambu serta isolasi penderita agar
tidak digigit nyamuk. Pada daerah KLB dapat dilakukan pengasapan
(fogging) untuk membunuh nyamuk dewasa terinfeksi yang dilakukan pada
wilayah KLB sebanyak 2 kali pengasapan dengan interval satu minggu.
3) Surveilans ketat pada KLB
Perkembangan kasus dan kematian setiap hari disampaikan ke dinas
kesehatan kabupaten / kota. Dilakukan analisis mingguan terhadap
perkembangan kasus dan kematian.
8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Pemantauan kemungkinan terjadinya KLB demam chik dilaksanakan oleh
setiap unit pelayanan kesehatan dan masyarakat, baik terhadap penderita
maupun pemantauan jentik berkala. Intensifikasi pemantauan kemungkinan
terjadinya KLB demam chik ini sangat bergantung pada adanya peringatan
kewaspadaan KLB yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan.
SKD-KLB demam chik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kementerian Kesehatan terutama berdasarkan data dan
informasi adanya peningkatan serangan KLB demam chik yang diperoleh dari
laporan. Adanya peningkatan frekuensi serangan KLB demam chik disuatu
wilayah mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Departemen Kesehatan untuk mengeluarkan edaran peringatan
kewaspadaan KLB demam chik agar semua unit kesehatan dan masyarakat
meningkatkan kewaspadaan, terutama melakukan upaya-upaya pencegahan yang
memadai.
SKD-KLB demam chik juga berdasarkan data curah hujan serta perkembangan
nyamuk melalui pemantauan jentik berkala. Pemantauan jentik berkala
sebaiknya wajib dilaksanakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah,
masjid, pasar, gedung pertemuan, dan sebagainya. SKD-KLB demam chik
dilaksanakan bersamaan dengan SKD-KLB DBD.