Penyakit Antraks adalah termasuk salah satu penyakit Zoonosa yang disebabkan oleh Bacillus anthracis terutama pada hewan memamah biak (sapi dan kambing). Penyakit Antraks atau disebut juga Radang Lympha, Malignant pustule, Malignant edema, Woolsorters disease, Rag pickersdisease, Charbon. Kata Antraks dalam bahasa Inggris berarti Batubara, dalam bahasa Perancis disebut Charnon, kedua kata tersebut digunakan sebagai nama penyakit pada manusia yang ciri utamanya ditandai dengan luka yang rasanya pedih, ditengahnya berwarna hitam seperti batu bara (Christie 1983).
Penyakit Antraks
merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulakan wabah,
sesuai dengan undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit
menular dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 tahun 2010.Penyakit
tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang
pada umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan
hewan, dokter hewan, pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan
yang terkontaminasi oleh spora antraks, misalnya pabrik tekstil, makanan
ternak, pupuk, dan sebagainya.
1. Gambaran Klinis
Gejala klinis antraks pada manusia dibagi menjadi 4 bentuk yaitu antraks
kulit, antraks saluran pencernaan, antraks paru dan antraks meningitis.
a. Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Kejadian antraks kulit mencapai 90% dari keseluruhan kejadian antraks di
Indonesia. Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula
pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, yang dalam waktu
2-3 hari membesar menjadi vesikel berisi cairan kemerahan, kemudian
haemoragik dan menjadi jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi
kerak berwarna hitam, kering yang disebut Eschar (patognomonik). Selain
itu ditandai juga dengan demam, sakit kepala dan dapat terjadi
pembengkakan lunak pada kelenjar limfe regional. Apabila tidak mendapat
pengobatan, angka kematian berkisar 5-20%.
b. Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Masa inkubasi 2-5 hari. Penularan melalui makanan yang tercemar kuman
atau spora misal daging, jerohan dari hewan, sayur-sayuran dan
sebagainya, yang tidak dimasak dengan sempurna atau pekerja peternakan
makan dengan tengan yang kurang bersih yang tercemar kuman atau spora
antraks. Penyakit ini dapat berkembang menjadi tingkat yang berat dan
berakhir dengan kematian dalam waktu kurang dari 2 hari. Angka kematian
tipe ini berkisar 25-75%.
Gejala antraks saluran pencernaan adalah timbulnya rasa sakit perut
hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi,
gastroenteritis akut yang kadang-kadang disertai darah, hematemesis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar limfe daerah
inguinal (lipat paha), perut membesar dan keras, kemudian berkembang
menjadi ascites dan oedem scrotum serta sering dijumpai pendarahan
gastrointestinal.
c. Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks
paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari
gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam,
sianosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan, detak jantung
meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari
setelah gejala klinis timbul.
d. Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan
adanya lesi primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan
kematian dapat terjadi antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan
meningitis purulenta akut yaitu demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang
umum, penurunan kesadaran dan kaku kuduk.
2. Etiologi
Bacillus anthracis,kuman berbentuk batang ujungnya persegi dengan
sudut-sudut tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau
susunan bata, membentuk spora yang bersifat gram positif.
Basil bentuk vegetatif bukan merupakan organisme yang kuat, tidak tahan
hidup untuk berkompetisi dengan organisme saprofit. Basil Antraks tidak
tahan terhadap oksigen, oleh karena itu apabila sudah dikeluarkan dari
badan ternak dan jatuh di tempat terbuka, kuman menjadi tidak aktif
lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk spora.
Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28-30 °C,
basil antraks tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau
suhu antara 5 -10 °C pembusukan tidak terjadi, basil antraks masih ada
selama 3-4 minggu. Basil Antraks dapat keluar dari bangkai hewan dan
suhu luar di atas 20°C, kelembaban tinggi basil tersebut cepat berubah
menjadi spora dan akan hidup. Bila suhu rendah maka basil antraks akan
membentuk spora secara perlahan-lahan (Christie 1983).
3. Masa Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit antraks adalah 7 hari, pada umumnya berkisar antara 2–5 hari.
4. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora. Manusia
terinfeksi antraks melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang
tercemar spora antraks. Penularan juga bisa terjadi bila menghirup
spora dari produk hewan yang sakit seperti kulit dan bulu.
5. Pengobatan
Peniciline masih merupakan antibiotika yang paling ampuh, dengan cara pemberian tergantung tipe dan gejala klinisnya, yaitu:
1) Antraks Kulit
- Procain Penicilline 2 x 1,2 juta IU, secara IM, selama 5-7 hari
- Benzyl Penicilline 250.000 IU, secara IM, setiap 6 jam, sebelumnya harus dilakukan skin test terlebih dahulu.
- Apabila hipersensitif terhadap penicilline dapat diganti dengan tetracycline, chloramphenicol atau erytromicine.
2) Antraks Saluran Pencernaan & Paru
- Penicilline G 18-24 juta IU perhari IVFD, ditambahkan dengan Streptomycine 1-2 g untuk tipe pulmonal dan tetracyclin e 1 g perhari untuk tipe gastrointestinal.
- Terapi suportif dan simptomatis perlu diberikan, biasanya plasma expander dan regimen vasopresor. Antraks Intestinal menggunakan Chloramphenicol 6 gram perhari selama 5 hari, kemudian meneruskan 4 gram perhari selama 18 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 gram perhariuntuk menghindari supresi pada sumsum tulang.
6. Epidemiologi
Antraks tersebar luas di seluruh dunia, antara lain Asia, Eropa Selatan
dan Afrika. Di Indonesia pertama kali terjadi KLB antraks pada tahun
1832 di Kecamatan Tirawuta dan Moweng Kabupaten Kolaka, Sulawesi
Tenggara.
Penyebaran antraks pada manusia di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB dan NTT.
Saat ini daerah tertular Antraks di Indonesia menurut Dirjen Peternakan
Kementan terdapat di 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat Jawa
Tengah, DIY, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Tetapi dari 11 provinsi tersebut yang
dilaporkan ada kasus pada manusia hanya 5 provinsi yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB dan NTT. Selama tahun 2009 telah dilaporkan
kasus antraks pada manusia sebanyak 17 kasus 2 orang diantaranya
meninggal (CFR 11,76%). Kedua penderita antraks yang meninggal tersebut
adalah penderita antraks tipe pencernaan. Semua kasus berasal dari
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada tahun 2010 dilaporkan kasus Antraks sebanyak 28 kasus dengan
meninggal 1 orang (CFR 3,6%) yang terjadi di Kabupaten Sragen Provinsi
Jawa Tengah yaitu 24 kasus 1 orang meninggal dan Provinsi Sulawesi
Selatan di Kabupaten Maros 3 kasus dan Kota Makassar 1 kasus.
Pada tahun 2011 sampai dengan bulan Juni dilaporkan kasus Antraks
sebanyak 42 kasus dan tidak ada kasus yang meninggal. Kasus antraks
terjadi di Kabupaten Boyolali dengan 14 kasus, Sragen 13 kasus, Pati 1
kasus dan Provinsi NTT terjadi 14 kasus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar