BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma Brochiale adalah suatu gangguan pernapasan yang dicetuskan oleh hipersensitivitas bronchs terhadap berbagai rangsangan,baik dari dalam ataupun luar tubuh. Mengakibatkan hiperaktivitas bronchus dan penyempitan saluran napas yang ditandai dengan gejala-gejala yang khas,yaitu batuk dan sesak napas yang disertai wheezing.
Penyakit asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat,baik pada usia anak maupun dewasa. Timbulnya serangan asma juga sangat bervariasi, factor pencetusnya dapat bersifat tunggal maupun jamak. Dalam tatalaksana penyakit asma perlu dilakukan secara terpadu,kuratif dan rehabilitative serta secara medika mentosa maupun non medika mentosa.
Penyakit asma telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia diperkirakan 2-5% pendududk menderita oenyakit yang ditandai dengan adanya batuk,sesak napas dan mengi. Angka kejadian asma pada bayi dan anak leboh tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Meskipun demikian, serangan asma untuk pertama kali tidak selalu terjadi pada masa anak-anak.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah IR, Tapotement, batuk efektif, breathing exercise dapat mengurangi sesak nafas, spasme otot-otot pernafasan, membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan expansi sangkar thorax pada penderita Asma ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengaruh, IR, Tapotement, batuk efektif, breathing exercise dapat mengurangi sesak nafas, mengurangi spasme otot pernafasan, meningkatkan expansi thorax, dan membantu mengeluarkan sputum pada penderita Asma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi fisiologi
1. Anatomi Saluran Pernafasan
Fungsi utama pernafasan adalah pertukaran gas, dimana O2 akan diambil dari alveolus dan dibawa oleh hemoglobin menuju ke jaringan yang akan diperlukan dalam proses metabolisme, CO2 sebagai hasil dari sisa metabolisme akan dibuang saat ekspirasi.
Secara anatomi pernafasan dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkeolus, paru-paru.
1.1. Hidung
Merupakan saluran nafas pertama yang dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia dan juga selaput lendir. Saluran ini dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut, yang mana udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan.Ketiga proses tersebut merupakan fungsi utama rongga hidung sebagai bagian dari respirasi.
1.2. Faring
Sebuah pipa musculo membranosa, panjangnya 12-14 cm membentang dari basis cranial sampai setinggi verterbra servikalis. Lebar faring dibagian superior ± 3,5 cm. Faring terdiri dari : Nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), Orofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga mulut), Hipofaring (bagian yang berbatasan dengan laring, yakni pemisahan antara udara dan makanan).
1.3. Larynx (tekak)
Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphingter dan juga organ pembentuk suara, yang membentang antara lidah sampai trakea. Letak larynx didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farynx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya. Fungsi larynx sebagai jalan udara dan celah suara diantara pita suara sebagai pelindung dari jalan udara. Diantara pita suara terdapat glotis yaitu pemisah antara saluran pernafasan dan pencernaan.
1.4. Trakea
Trakea merupakan pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro muscular, panjang trakea ± 10-11 cm, tebal 4-5 mm, diameter 2,5 cm dan luas permukaan 5 cm2. Bagian belakang trakea terdapat 16 -20 cincin tulang rawan yang membentuk huruf ” U”. Adanya cincin tersebut menyebabkan trakea selalu terbuka, sehingga dapat bernafas dengan leluasa. Trakea bercabang menjadi 2 yaitu bronkus kiri dan bronkus kanan.
1.5. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus kanan dan bronkus kiri, antara bronkus kanan dan bronkus kiri tidak sama, karena bronkus kanan lebih pendek dan lebar dari pada bronkus kiri, kemudian bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkus.
1.6. Bronkeolus
Cabang-cabang yang lebih kecil dan keluar dari bronkus,bronkeolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan tetapi otot polos sehingga dapat berubah ukurannya.
1.7. Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak (apex) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Paru-paru dibungkus oleh pleura, paru-paru di bagi menjadi 2: paru kanan dan paru kiri, paru kanan lebih besar dari paru kiri, karena paru kanan terdapat 3 lobus dan 10 segment,sedangkan paru kiri terdapat 2 lobus dan 8 segment yaitu :
1). Paru kanan
a). Lobus Superior
(1). Segment Apikal
(2). Segment Posterior
(3). Segment Anterior
b). Lobus Medius
(1). Segment Lateralis
(2). Segment Medialis
c). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Mediobasal
(3). Segment Anterobasal
(4). Segment Laterobasal
(5). Segment Posterobasal
2). Paru kiri
a). Lobus Superior
(1). Segment Apicoposterior
(2). Segment Anterior
(3). Segment Lingula Superior
(4). Segment Lingula Inferior
b). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Anteromediobasal
(3). Segment Laterobasal
(4). Segment Posteriorbasal
2. Rongga Dada dan Fisiologi Pernafasan
2.1. Rongga dada
Thorax atau dada merupakan bagian tubuh yang terletak antara leher dan abdomen. Rongga dada bagian posterior terdiri dari 12 vertebra thorakalis, 12 pasang costa. Sedangkan bagian depan anterior terdiri dari sternum dan cartilago costa. Rongga dada memiliki akses masuk ke dalam lewat pintu atas dan pintu bawah thorax. Pintu atas thorax yang sempit, terbuka dan berkesinambungan dengan leher sedangkan pintu bawah yang relatif luas tertutup oleh diafragma. Fungsi thorax melindungi organ internal dan memberi ruang untuk proses respirasi.
2.2. Fisiologi Pernafasan
Proses pernafasan dapat di bagi dalam tiga proses utama :
1. Ventilasi pulmonal, keluar masuknya udara antara dari luar ke alviole paru-paru.
2. Difusi O2 dan CO2 antara alviole dan darah.
3. Transportasi O2 dan CO2 dalam dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.
B. Biomekanik
1. Gerakan pernafasan
Saat bernafas gerak dinding thorax dan diafragma menghasilkan perubahan diameter dan volume rongga thorax. Saat inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi terjadi bila diafragma telah dapat rangsangan dari n. Prenikus lalu mengerut datar. Rongga dada membesar udara di dalamnya berkurang dan masukan udara di dorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
2. Otot pernafasan
a. Otot inspirasi utama
- Diafragma
- External intercostalis
- Internal intercostalis
b. Otot bantu inspirasi
- Sternocleidomastoideus
- Trapezius
- Seratus
- Pectoralis mayor dan minor
- Latismus dorsi
- Scaleni
c. Otot expirasi utama
- Internal obliq
- External obliq
- Rectus abdominis
- Tranversus abdominis
d. Otot bantu expirasi
- Latismus dorsi
- Iliocostalis lumborum
- Quadratus lumborum
C. Etiologi
Asma Bronchiale belum di ketahui dengan jelas. Di duga ada beberapa faktor pencetus yang menyebabkan bronkus bereaksi secara berlebihan.
Meskipun yang mendasari penyakit asma bronchiale ada bronkus yang bereaksi berlebihan, kondisi ini bukanlah satu-satunya faktor yang menimbulkan terjadinya gejala asma Bronchiale. Ada beberapa faktor pencetus lain :
1. Alergen
Adalah zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Alergen dapat masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara seperti melalui makanan, minuman dan suntikan.
Beberapa contoh alergan antara lain :
- Kacang – kacangan
- Susu
- Telur
- Ikan Laut
- Obat-obatan tertentu, seperti : Aspirin, obat anti Rheumatik, dll.
2. Infeksi saluran Napas
3. Polusi Udara
4. Aktivitas Fisik
5. Fakto Emosi
6. Cuaca
D. Patologi
Pada saat pertama kali masuk kedalam tubuh, alergan akan merangsang sistem pertahanan tubuh untuk menghasilkan zat anti yang lebih di kenal dengan nama imunoglobulin E (IgE) tubuh penderita alergi sangat rendah memproduksi IgE yang sangat spesifik terhadap alergan yang merangsangnya.
Pada saat penderita alergi IgE selain beredar dalam darah juga menempel pada basofil (sejenis sel darah putih) dan mastosid ( terdapat dalam jaringan terutama pada saluran napas, serna dan kulit), jika suatu saat penderita berhubungan lagi dengan alergan tadi akan berkaitan dengan IgE yang telah menempel pada mastosid, mastosid akan mengeluarkan zat kimia yang disebut mediator ke jaringan sekitarnya. Mediator inilah yang menyebabkan berbagai gejala alergi, jika mediator ini di lepaskan pada saluran napas maka akan menyebabkan penyempitan saluran napas (obstruksi) dan dapat menimbulkan serangan asma.
E. Gambaran klinik
Di tandai dengan :
- Adanya sesak nafas
- Adanya wheezing (batuk yang di sertai mengi)
- Sputum yang sulit di keluarkan
- Cemas, gelisah, banyak keringat, rasa mual, pucat
- Postural yang buruk
- Frekuensi pernapasan yang meningkat.
F. Modalitas Fisioterapi
1. Postural drainage
Merupakan suatu teknik untuk mengalirkan sekresi dari berbagai segmen menuju saluran nafas yang lebih besar, dengan menggunakan pengaruh gravitasi dan pengaruh posisi pasien yang sesuai dengan letak sputumnya. Sebelum dilakukan PD memperbanyak minum dahulu, ± 1 jam sebelum dilakukan PD.
2. Tapotement
Tapotement adalah teknik cupping yang dilakukan dengan menepuk-nepuk telapak tangan secara ritmik dan berirama pada dinding thorax, punggung dan daerah costa samping kanan dan kiri. Tapotement diberikan bersamaan dengan PD dan dapat juga selama penyinaran IR dengan ± 10-15 mnt. Tujuannya untuk memindahkan sputum ke cabang bronkus utama yang kemudian pasien disuruh untuk batuk.
3. Batuk efektif
Batuk merupakan suatu gerakan reflek untuk mengeluarkan benda asing atau sputum dari dalam saluran pernafasan. Dalam latihan batuk harus di lakukan dengan benar yaitu dengan pengembangan daerah perut dan pinggang secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk pengisian udara pada daerah bronkiolus tanpa menyebabkan sekresi tersebut terbawa masuk lebih dalam pada saluran bronkiolus.
Posisi pasien pada batuk efektif yang benar adalah posisi pasien duduk dengan badan agak condong ke depan agar memudahkan kontraksi otot dinding perut dan dada sehingga menghasilkan tekanan abdominal yang benar. Teknik pelaksanaan batuk efektif yaitu pasien tarik nafas lewat hidung pelan dan dalam, kemudian menahan nafas beberapa saat (2-3dtk) selanjutnya pasien disuruh mengontraksikan otot perut sambil mengeluarkan nafas dengan dibatukan. Batuk dilakukan sebanyak 2 kali dengan mulut terbuka dan dilakukan setelah respirasi sebanyak 2-3 kali, batuk yang pertama akan melepaskan sputum dari tempat perlengketannya dan batuk yang kedua akan membantu mengeluarkan sputum dari saluran pernafasan.
4. Breathing exercise
Latihan ini meliputi latihan pernafasan dada dan perut. Melakukan latihan yang benar adalah tarik nafas lewat hidung dan hembuskan lewat mulut. Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki ventilasi udara, melatih pernafasan diafragma, memelihara elastisitas jaringan paru-paru dan menjaga expansi thorax.
5. Mobilisasi sangkar thorax
Latihan ini meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan anggota gerak atas,dapat dilakukan bersamaan dengan breathing exercise. Sehingga otot-otot pernafasan dan otot bantunya yang mengalami ketegangan akan menjadi rilex
6. IR (infra red)
Penyinaran diberikan pada daerah dada dan punggung atas. Lamanya penyinaran ± 15 mnt, dibagi 2 = bagian dada 7,5 mnt dan bagian punggung atas 7,5 mnt. Tujuan penyinaran untuk mendapatkan relaksasi lokal pada daerah dada dan punggung juga untuk memperbaiki sirkulasi darah (fasodilatasi pmbuluh darah).
Ditulis Oleh : "Ade Putra Suma"
Terima Kasih atas kunjungan Anda. Saat ini Anda sedang membaca artikel tentang Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Asma Bronchiale. Jika Anda ingin mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya, Terima Kasih.
Artikel Terkait:
Label:
Ilmu Fisioterapi,
Ilmu Kedokteran
Belum ada komentar untuk "Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Asma Bronchiale"
Posting Komentar