1. Pengertian Sprain Ankle
Sprain ankle merupakan tarikan, peregangan, atau robek jaringan lunak, seperti kapsul sendi, ligamen, tendon, atau otot. Istilah ini yang sering digunakan untuk merujuk secara khusus untuk terlukanya ligamen dan dinilai sebagai derjat ringan, derajat moderat (sedang), dan derajat berat.
Jikalau keseleonya dengan inverse kaki, maka ligament yang mengalami “sprain” ialah ligamentum collateral talofibulare dan ligamentum calcaneofibulare. Kebanyakan orang keseleo dengan inverse kaki. Keseleo dengan eversi kaki tidak begitu sering terjadi. Dalam hal ini ligamentum collateral mediale (ligamentum deltoideum) mengalami sprain.
Kerusakan pada ligament atau kapsul sendi akan memunculkan suatu manifestasi oleh tubuh sebagai suatu reaksi atas cedera. Pada sprain ankle sendiri, pada umumunya ada tanda-tanda yang biasa dan gejala termasuk rasa sakit, bengkak, memar, dan hilangnya kemampuan untuk bergerak dan menggunakan sendi (disebut kemampuan fungsional). Namun, tanda-tanda dan gejala dapat bervariasi dalam intensitas, tergantung pada tingkat keparahan sprain tersebut.
Sprain ankle juga dapat terjadi selama kegiatan sehari-hari normal seperti melangkahi pinggiran jalan atau tergelincir di atas es. Kembali ke aktivitas sebelum ligamen telah sepenuhnya sembuh sehingga dapat terjadi penguluran yang berulang pada ligament – ligament disekitar sendi ankle sehingga stabilitas akan berkurang pada sendi pergelangan kaki. Penguluran yang berulang-ulang akan menimbulkan nyeri yang meningkat pada sisi lateral ankle, biasanya bersifat intermittent atau kadang-kadang konstan, dan cenderung meningkat jika melakukan aktivitas olahraga. Kondisi ini menjadi kronik sprain ankle.
2. Patologi Sprain Ankle
a. Etiologi
Penyebab utama sprain ankle yaitu trauma atau ruda paksa langusng. Gerakan yang sering memicu sprain ankle adalah gerakan inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai. Jika pergelangan kaki ditempatkan dalam posisi yang abnormal, peregangan berlebihan pada ligamen dapat terjadi. Ligamen dari pergelangan kaki yang berfungsi sebagai menstabilkan sendi akan terulur, sehingga terjadi nyeri, disfungsi dan limitasi pada ankle.
Selain itu, stabilitas dari ankle juga dapat memicu terjadinya sprain ankle. Stabilitas sendi berasal dari beberapa factor yaitu susunan struktural dari tulang yang membentuk sendi dan ligamen disekitarnya. Banyaknya tulang penstabil pada sisi sebelah medial yang mengakibatkan lebih stabil dibandingkan sisi lateral. Ketika tekanan cukup besar pada sisi medial , maka akan menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki. Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau melawan kekuatan inverse, maka serabut ligamentum sisi lateral menjadi tertekan atau robek.
b. Perubahan Patologi
Terjadinya sprain ankle, akibat dari adanya trauma langsung atau ketidakstabilan dari sendi ankle yang menyebabkan perobekan dari ligamen yang ada disekitar sendi ankle, baik itu medial maupun lateral. Bila sendi pergelangan kaki mengalami sprain maka akan diikuti proses radang disekitar pergelangan kaki.
Proses radang ditandai dengan fase – fase yaitu Fase inflamasi respon (0 – 4 hari) ditandai adanya tanda inflamasi, respon sel berupa pelepasan leukosit dan sel phagocytic lainnya, reaksi vaskular terjadi pembekuan darah dan peningkatan jaringan fibrin, pada fase ini mulai terjadi penutupan luka.
Fase fibroplactic repair (2 hari – 6 minggu) terjadi proses proliferasi dan regenerasi secara aktif dimulai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang kemudian menjadi kolagen. Terjadi proses profilerasi dimana kolagen menjadi lebih solid dan kuat. Pada fase ini jaringan sudah mulai berfungsi.
Fase remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodeling dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat, elastis, dan tanpa perdarahan sudah terjadi.
c. Tanda dan gejala
Tanda-tanda yang biasa dan gejala termasuk rasa sakit (nyeri), bengkak, dan hilangnya kemampuan untuk bergerak dan menggunakan sendi (kemampuan fungsional). Namun, tanda–tanda dan gejala dapat bervariasi dalam intensitas, tergantung pada tingkat keparahan keseleo tersebut. Sprain ankle dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Grade tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamen dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
2. Grade tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligament yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamen yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
3. Grade tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamen putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
d. Diagnosis banding
1. Memar / contusion
Dikarenakan pukulan dan tendangan, bahkan cara menangkis yang salah dapat menyebabkan memar pada daerah tangkisan. Pada kondisi terjadi pendarahan dalam jaringan (hematom). Tanda dan gejalanya yaitu keras dan bengkak, hematom nyata dalam waktu singkat, range of motion terbatas, nyeri gerak, inflamasi dan spasme otot.
2. Strain
Terjadi oleh karena overstretch dari pada tendon atau otot. Adapun tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Adanya nyeri
b. Terdapat pembengkakan
c. Keterbatasan luas gerak sendi
3. Dislokasi
Terjadi oleh karena trauma, sendi dangkal dan kontraksi otot, dimana mengakibatkan kedudukan dari pada salah satu komponen pembentuk sendi berpindah tempat.Adapun tanda dan gejala yaitu nyeri seperti robek, deformitas sendi dan gerak abnormal, spasme otot dan fungsi melemah.
4. Fraktur
Adalah suatu kondisi dimana hilangnya kontinuitas jaringan tulang akibat trauma langsung maupun tidak langsung, dimana besarnya trauma tersebut melebihi besarnya kekuatan tulang untuk menahannya. Tanda dan gejalanya yaitu nyeri, gangguan fungsi , pembengkakan, dan deformitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar