TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi
Kasus
1.
Definisi
Dislokasi shoulder adalah cidera pada persendian yang mana kepala tulang (caput humeri) lepas atau bergeser dari mangkoknya (cavitas
glenoidalis).
Sedangkan immobilisasi adalah meniadakan gerakan pada dua sisi sendi antara
lain sendi distal cidera dan sendi proximal cidera dalam waktu yang relatip
lama. Pada kasus ini alat yang digunakan
untuk mengimmobilisasi digunakan elastis bandage selama 3 – 6 minggu.
Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai dislokasi shoulder
ini, maka dalam kerangka teori ini, penulis akan membahas terlebih dahulu
mengenai anatomi dan fisiologi tentang shoulder joint. Adapun hal – hal pokok
yang dibahas adalah anatomi dan fisiologi yang meliputi :
a.
Tulang
Tulang
merupakan alat ungkit dalam gerakan, memberi bentuk pada tubuh yang menyediakan
permukaan untuk mengaitnya otot – otot. Shoulder joint dibentuk oleh beberapa
tulang yaitu : 1).Tulang scapula,
2).Tulang clavikula,
3).Tulang humerus.
1) Tulang
scapula
Os scapula atau tulang
belikat adalah suatu tulang pipih yang berbentuk segitiga dan terletak pada
thorax bagian dorsal.
2) Tulang
clavicula
Os clavicula
menghubungkan lengan atas pada batang tubuh, ujung medial clavicula bersendi
pada acromion melalui articulatio acromio clavicularis. Karena
lengkungan-lengkungan clavicula tampak seperti huruf “S” yang memanjang pada
permukaan ujung extremitas sterni, terdapat facies articularis sterni yang
berbentuk segitiga yang dilapisi oleh tulang cartilage dan membentuk persendian
sternoclavicularis, karena berhubungan dengan incisura clavicularis manubrium
sterni dari anterior.
3) Tulang
humerus
Tulang humerus adalah
salah satu tulang panjang yang terletak didaerah lateral, yang bersendi dengan
scapula, radius dan ulna. Tulang humerus mempunyai tiga bagian yaitu: epiphysis
proximal (ujung atas), diaphysis (bagian tengah), epiphysis distal (ujung
bawah). Pada facies antero lateral bagian atas terdapat tuberocitas deltoidea
merupakan tempat perlengketan (insertio) dari otot deltoid (Roger, 2002).
b.
Persendian
Tulang yang merupakan
bagian dari kerangka badan yang mana satu sama lainnya dihubungkan dengan
perantaraan suatu persendian. Pada daerah shoulder terdiri dari beberapa
persendian dimana gerakannya tergantung satu sama lainnya. Persendian –
persendian tersebut yaitu sendi glenohumeral, sendi acromioclavicularis, sendi
scapulathoracalis, dan sendi sternoclavicularis.
1) Sendi
glenohumeralis
Sendi ini merupakan
sendi sinovial yang bila dilihat bentuk permukaannya termasuk sendi ball dan
socket joint (termasuk dalam sendi bola) dimana caput humeri berbentuk hampir
setengah lingkaran bola. Sendi ini dibentuk oleh cavitas gleinodalis dari
scavula yang berbentuk cekungan dangkal yang menyerupai mangkok. Pada caput
humeri mempunyai sudut sekitar 1350 yang mana dilapisi oleh rawan
hyalin yang memberikan bentuk caput lebih oval. Pada cavitas glenoidalis
sebelah sentral mempunyai sudut 750 sehingga adanya ketidaksesuaian
antara kedua bagian tulang yang membentuk persendian tulang ini, yang secara
anatomi sendi ini tidak stabil.
2) Sendi
acromioclavicular
Sendi acromioclavicular
ialah persendian antara extremitas acromialis clavicula dan acromion, sendi ini
terbentuk dari ujung lateral clavicula dan permukaan sendinya berbentuk convek
yang berasal dari ujung lateral clavicularis (facies articularis acromialis) yang dataran sendinya hampir berbentuk datar
dengan sedikit konkaf yang bertemu dengan acromion. Bila kedua permukaan
pembentuk sendi ini dilihat secara sepintas nampak hampir datar, oleh karena
sendi ini termasuk sendi datar (gliding joint). Pada posisi anatomi arah
sendinya agak miring dari posteromedial ke anterolateral. Dalam bidang
horizontal terdapat pula kemiringan, sehingga clavikula terletak lebih atas
dari acromion. Dalam keadaan normal permukaan sendi clavicula menghadap kearah
lateral agak ke dorsal dan caudal.
Persendian ini di
hubungkan oleh jembatan fibrocartilagenous, ligamentum acromioclavicularis
superior dan inferior berfungsi untuk memperkuat capsul sendi di sebelah cranial
dan caudal. Disamping itu sendi ini di stabilkan oleh ligamentum
coracoclavicularis yang terdiri atas pers conoideum dengan bentuk conus yang
apeknya disebelah caudal melekat pada basis processus corocoideus conoideum
claviculae. Untuk pers trapezoideum yang terbentang antara facies superior
processus coracoideus dan linea trapezoidea pada dataran inferior clavicula.
3) Sendi
sternoclavicularis
Sendi ini merupakan
hubungan antara extremitas sternalis clavicula dengan sternum pada incisura
yang diantara kedua tulang terdapat discus articularis. Sendi ini termasuk
sendi sellaris, dimana permukaan kedua tulang pembentuk sendi ini plana,
persendiaan ini diperkuat oleh capsul sendi dan ligamentum sternoclavicularis
anterior yang menutupi fasies posterior sendi. Juga oleh ligamentum
costaclavicularis yang berbentuk rhomboid yang melekat pada cartilage costa 1
(pada ujung medialnya), kearah craniolateral melekat pada impresia ligamenti
costaclavicularis (tuberositas costalis clavicula) dan ligamentum clavicularis
yang membentang antara kedua extremitas sternalis clavicula yang letaknya
sebelah cranial incisura jungularis manubrium sterni. (Adji Darma, 1993).
4)
Sendi scapulothoracal
Sendi scapulothoracal
bukan merupakan sendi anatomi tetapi suatu yang penting pada sendi fisiologi
yang menambah gerakan pada shoulder gridle. Scapula konkaf dan permukaan thorax konveks. Gerakan
sendi ini terkait dengan gerakan protraksi, retraksi, elevasi, depresi dan
rotasi. Terjadi sliding diantara otot seratus anterior dan subscapularis.
Didalam pembentukan
sendi bahu terdapat didalamnya capsul, ligamen dan bursa yaitu:
a) Capsul
Merupakan bentuk
silindris seperti lengan baju yang menutupi articular dari hubungan
masing-masing tulang, bagian sisi lengan atas banyak yang bersatu dengan leher
bagian tengah. Sedangkan bagian bawah melebar kepermukaan tungkai bawah. Pada
garis atas terdapat epipysis yang merupakan bagian penting di luar capsul yang
hampir mencapai sisi tengah sendi. Karena artikulasi pada humeri agak longgar
sehingga dapat bergerak leluasa. Didaerah medial capsul ini melekat
kebatas-batas glenoid dan kedaerah lateral ke collum anatonicum humerus kecuali
di sebelah inferior dimana capsul ini meluas
sampai ke collum chirurgicum. Capsul diperkuat oleh potongan-potongan
tendon pada otot rotator yang mengelilinginya. Dan juga merupakan bagian
pelindung celah glenoidea ketika melakukan gerakan sendi sebagai batas dari
gerakan otot articularis. (Barnand,
1978).
b) Ligament
Terdapat ligamentum -
ligamentum disekitar articulasio humeri yakni: Ligamentum coracoclavicular yang
berfungsi untuk memperkuat pertemuan antara clavicula dengan scapula yang
kekuatanya tergantung pada ligamen
coracovicula, yang mana pertemuannya pada bagian lateral dari bagian depan
processus coracoideus pada anterior di occipitalis dekat sinopial membrane.
Ligament conoideus
merupakan celah yang menuju keatas berhubungan dengan sudut antara dua arah
bagian processus coracoideus di tempat yang lebih lebar pada bagian yang lebih tinggi dari
coracoideus dibawah clavicula.Ligament coracohumeral merupakan bagian belakang
yang terletak diatas dari pada sendi. Ligament ini berawal dari bagian lateral
yang berasal dari processus coracoideus dan berjalan dari pinggir ligament capsul hingga sampai leher lengan
atas yang berhadapan dengan thuberositas yang besar. Pengikat yang besar ini
kekuatanya melebihi ligament capsular.
(Barnand, 1978).
c) Bursa
Ada dua bursa besar
yang menghubungkan dengan dengan articulasio humeri yakni: bursa subscavularis
yang memisahkan antara capsul bahu dengan tendon otot subscapularis yang lewat
tepat disebelah anteriornya. Bursa supscapularis berhubungan dengan articulasi
humeri. Bursa subacromialis yang memisahkan capsul bahu dengan ligamen
coracocromiate diatasnya. Bursa ini tidak berhubungan dengan sendi.
Bursa juga salah satu
penghubung cavum synopial yaitu bursa acromialis, bursa subdeltoideus, dan
bursa subcoracoideus yang berfungsi untuk memudahkan pergeseran otot
deltoideus, suprasupinatus, infrasupinatus, merupakan lapisan sebelah dalam
otot deltoideus dan acromion. Bursa ini mempunyai sedikit cairan, gerakan
adbuksi dan flexi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan dinding bursa
tersebut saling bergeser. (Barnand,
1978).
c.
Persyarafan
Otot-otot daerah
shoulder mendapat persyarafan dari flexus brachialis yang dibentuk oleh bagian
perimer anterior dari keempat nervus
cervicalis dari lima tingkatan yaitu : tingkat radix, tingkat truncus, tingkat
devisi, tingkat vasiculus dan tingkat cabang (Sujudi, 1989).
Radix-radix brachialis
flexus terdiri dari C5-6
bersatu
membentuk truncus superior, C7 menjadi truncus medianus dan C8, Th1 membentuk
truncus inferior, dan kemudian masing-masing truncus pecah menjadi devisi
anterior dan devisi superior yang terletak dibelakang clavicula. Devisi anterrior
dari truncus superior dan medianus bersatu membentuk fasiculus yang terletak di
dalam axilaris yang mana mereka mengelilingi arteri axilaris pada latero
inferior dari otot pektoralis minor lalu terpecah menjadi cabang-cabang yaitu
saraf perifer (Sujudi, 1989).
d.
Peredaran
darah
System peredaran darah merupakan suatu jalan untuk
memberi nutrisi pada jaringan – jaringan yang terdapat disekitar tubuh. Untuk
daerah shoulder system – system peredaran darah arteri dan vena yaitu :
1.
System peredaran darah arteri
Arteri yang memelihara
jaringan – jaringan yang ada di daerah shoulder berasal dari arteri subclavia
yang merupakan cabang dari aorta dan berlanjut sebagai arteri axilaris dan pada
daerah shoulder akan menjadi arteri brachialis.
a) Arteri
subclavia
Arteri ini berjalan
antara clavicula dan costa satu kira-kira mulai dari pertengahan clavicula yang
akhirnya masuk ke dalam fossa axilaris sebagai arteri axilaris. Arteri
subclavia mempunyai beberapa cabang yaitu arteri vertebralis, arteri mamaria
interna yang memelihara otot pectoralis mayor dan kulit thoraks.
b) Arteri
axilaris
Arteri ini merupakan
lanjutan dari arteri subclavia yang berjalan dari tepi caudal clavicula dan
apex fossa axilaris yaitu dibagian dorsal dari otot coracobrachialis dan
berlanjut ke bagian ventral otot subscapularis, otot latisimus dorsi, otot
teres mayor dan akhirnya sampai ke tepi otot pectoralis mayor dan berlanjut
menjadi arteri brachialis yang dapat dibagi lagi atas :
(1) Arteri
thoracalis suprema
(2) Arteri
thoracalis acromion
(3) Arteri
subscapularis
(4) Arteri
circumflexa humeri anterior
(5) Arteri
circumflexa humeri posterior
2.
System peredaran vena
System peredaran vena
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Vena
superficialis
b) Vena
profundus
Vena profundus ini di
daerah shoulder mengikuti arteri – aretri sesuai dengan percabangan arteri yang
ada dan terdiri dari :
(1) Vena
axilaris
(2) Vena
brachialis
e.
Otot
Jaringan
otot merupakan jaringan kontraktil dan merupakan alat gerak aktif dari tulang.
Otot juga mampu untuk dirangsang dan meneruskan serta mampu untuk kembali dari
posisi terulur, dan otot mempunyai perlengketan pada bagian ujung – ujung
perlengketan otot disebut origo dan insertion (Donatteli, 1991).
Origo merupakan
perlengketan pada tulang yang relatif bergerak sedangkan insertio relatif tidak
bergerak. Menurut fungsi dan pergerakannya maka otot – otot daerah shoulder
dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Otot
yang menghubungkan shoulder dengan trunk, leher dan kepala :
a) Otot
seratus anterior
Merupakan otot yang
berasal dari bagian anterior lateral costa 1 – 9, melalui bagian dalam scapula
yang berinsertio pada tepi medial scapula. Dengan adanya otot ini maka scapula
dapat difiksasi pada tempatnya yaitu pada rongga thoraks postero lateral.
Hilangnya fiksasi otot ini menyebabkan lengan tidak dapat diangkat. Fungsi
utamanya untuk menggerakkan abduksi scapula otot ini dipersarapi oleh nervus
thoracalis longus C5-7.
b) Otot
trapezius
Otot ini terletak pada
bagian proximal dari leher dan bagian superior otot punggung, otot ini berasal
dari tulang oksipitalis, ligament nuchea dan processus acromialis scapula,
acromion dan spina scapula. Fungsinya untuk penggerak adduksi dan elevasi scapula.
Otot ini dipersarafi oleh N. accessories dan remi trapezius C3-4.
c) Otot
rhomboid mayor dan minor
Terletak disebelah
dalam dari otot trapezius yang berhubungan antara scapula dan collum
vertebralis. Otot rhomboid minor terletak dibagian atas dan otot rhombid mayor
terletak dibagian bawah. Otot ini berasal dari ligament nuchea processus
spinosus C6-7 –
Th1-4,
menuju ke insertionya ditepi medial scapula. Fungsi utamanya untuk menggerakkan
abduksi scapula. Otot ini dipersarafi oleh N. dorsalis scapula C4-5.
d) Otot
pectoralis minor
Otot ini terletak pada
bagian dinding anterior dari thoraks yang ditutupi oleh pectoralis mayor. Otot
berasal dari costa 2-5 dan berinsertio pada processus coracoideus scapula.
Fungsinya sebagai penggerak depresi dan rotasi scapula, otot ini dipersarafi
oleh N. anterior dari thoracalis C6-8.
e) Otot
levator scapula
Otot ini ditutupi oleh
upper trapezius dan otot- otot sternocleido mastoideus. Origonya terdapat pada
processus transverses C1-4
dan
insetionya pada margo medial dan superior, otot ini dipersarafi oleh N.
dorsalis scapula C4-5.
f) Otot
subclavius
Otot ini terletak
dibawah clavicula yang menghubungkan clavikula dengan costa. Origonya terletak
pada permukaan superior iga rawan 1 dan insertionya pada sulcus subclavius pada
permukaan bawah dua pertiga medial clavicula. Fungsinya untuk menarik clavicula
ke antero inferior. Otot ini dipersarafi oleh N. subclavius C5-6.
2. Otot
– otot yang menghubungkan shoulder dengan humerus :
a) Otot
deltoid
Otot ini dibagi menjadi
tiga bagian yaitu pars clavicularis yang berasal dari sepertiga lateral
clavicula, pars acromialis yang berasal dari acromion serta pars spinalis yang
berasal dari pinggir inferior spina scapula. Ketiga otot ini berakhir pada tuberositas
deltoid humeri. Sebagian otot ini bekerja secara sinergis dan sebagian lagi
secara antagonis. Fungsinya sebagai abduksi pada bagian pars acromion, flexi
pada bagian pars clavicularis dan ekstensi pada pars sternalis. Otot ini
dipersarafi oleh N. axilaris C5-6.
b) Otot
supra spinatus
Otot ini berasal dari
fascia supra spinatus scapula yang bejalan diatas capsul sendi glenohumeral dan
mencapai permukaan superior tuberculum mayus sebagai insertion yang fungsinya
sebagai abduksi sendi glenohumeral dan sebagai fixator caput humeri. Otot ini
dipersarafi oleh N. supra scapularis C5-6.
c) Otot
infra spinatus
Berasal dari spina
scapula dan fascia spinata yang berjalan menuju tuberculum mayus. Fungsinya
sebagai penggerak eksorotasi dan ekstensi glenohumeral. Otot ini dipersarafi
oleh N. supra
scapula C5-6.
d) Otot
teres minor
Otot ini berasal dari
pinggir lateral scapula superior terhadap origo otot teres mayor dan
berinsertio pada permukaan bawah tuberculum mayus. Fungsinya sebagai penggerak
eksorotasi dari sendi glenohumeral, otot ini dipersarafi oleh N. supra
scapularis.
e) Otot
subscapularis
Otot ini terletak pada
bagian dalam scapula yang berasal dari fossa subscapularis, insertionya pada
tuberculum minus dan bagian proximal crista tubercoli minoris. Fungsinya
sebagai penggerak eksorotasi sendi glenohumeral. Otot ini dipersarafi oleh N. subscapularisC5-8.
f) Otot
teres mayor
Otot ini berasal dari
pinggir lateral scapula dekat angulus inferior dan berinsertio pada crista tuberculi
minoris, fungsinya sebagai penggerak ekstensi sendi glenohumeral serta membantu
adduksi. Otot ini dipersarafi oleh N. subscapularis C5-6.
g) Otot
coraco brachialis
Otot ini berasal dari
processus coracoideus bersama dengan caput breve biceps brachii, berinsertio
pada permukaan medial humerus yang lanjutan dari crista tuberculi minoris, fungsinya untuk melakukan flexi sendi
glenohumeral. Otot ini dipersarafi oleh N. musculocutaneus C5-7.
h) Otot
biceps brachii
Bentuk dari otot ini
silinder dan tebal yang terletak dibagian anterior lengan atas. Origo sebelah
superior tertutup oleh pectoralis mayor dan deltoid. Origonya ada dua yaitu
untuk caput brevis dan caput longum, tuberositas supra glenoidale
processus.insertionya melekat pada tuberositas radii. Fungsi utamanya untuk
fleksi elbow. Otot dipersarafi oleh N. radialis C6-8.
3. Otot
– otot yang menghubungkan daerah trunk dengan humerus
a) Otot
latisimus dorsi
Merupakan otot yang
lebar dan tipis yang berasal dari processus spinosus vertebralis thorakalis
7-12 sebagi pars vertebralis, dari fascia thoracolumbal dan illiaca dari C10-12 pars costalis dan
selain itu sering juga berasal dari angulus inferior scapula sebagai pars
scapularis. Berinsertio pada dasar sulcus bicipitalis humeri, berfungsi sebagai
penggerak ekstensi, adduksi dan endorotasi lengan atas. Otot ini dipersarafi
oleh N. thoracodorsalis C5-8.
b) Otot
pectoralis mayor
Merupakan otot terbesar
yang terletak pada superficial dada bagian superior. Otot ini berasal dari
paruh medial clavicula, sternum dan enam rawan iga bagian atas. Otot ini
berinsertio pada crista tuberculli mayor. Fungsi utamanya adalah penggerak
horizontal sendi glenohumeralis. Otot ini dipersarafi oleh N. thoracalis C5 –
Th1.
f.
Pergerakan
Disini penulis akan
menguraikan gerakan – gerakan yang terjadi di daerah shoulder, antara lain :
1. Flexi, yaitu gerakan memutar dari
pada tulang humerus yang dimulai dari 0° dengan menempel di sisi
lateral tubuh bergerak ke depan, dan di akhiri tulang humerus tegak lurus atau
90°, gerakan ini terjadi pada bidang sagital dengan axis
longitudinal. Ekstensi, yaitu kebalikan dari gerakan flexi yang
berakhir 45° dibelakang tubuh. Gerakan ini terjadi pada bidang
sagital dengan axis transversal. (Flexi – Ekstensi shoulder S:45°-0°-90°)
2. Abduksi,
yaitu gerakan dari lengan ke arah atas yang dimulai dari 0° menempel
di sisi lateral tubuh bergerak ke samping menuju ke atas dan berakhir 90°
yang posisinya tegak lurus sejajar dengan kepala. Gerakan ini terjadi pada
bidang frontal dan axis sagital.Adduksi, yaitu kebalikan dari gerkan abduksi
yang mana gerakan ini terjadi pada bidang frontal dengan axis sagital.
(Abduksi–Adduksi shoulder F:90°-0°-
55°).
3. Internal
rotasi, yaitu gerakan yang dibentuk dalam posisi elbow 90°, kemudian
dimulai 90° disamping sejajar tubuh. Gerakannya dengan memutar
tulang humerus yang caranya lengan bawah bergerak kearah medial hingga 0°.
Gerakan ini terjadi pada axis longitudinal. External rotasi, yaitu kebalikan
dari gerakan internal rotasi yang dimulai dari 0° - 90°,
yang terjadi pada axis longitudinal. ( External rotasi- Internal rotasi
shoulder R:45°-0°-55°).
4. Abduksi horizontal, yaitu lengan posisi awal 0° tegak lurus
di depan tubuh bergerak ke arah lateral yang berakhir 90°, yang
terjadi pada axis bidang longitudinal. Adduksi horizontal, yaitu kebalikan dari gerakan Abduksi
horizontal yang dimulai 90° - 0°, yang terjadi pada axis
bidang longitudinal. (Abduksi horizontal – Adduksi horizontal
R:45°-0°-135°).
3.
Patologi
Sendi
Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering terjadi dislokasi hal ini disebabkan karena
rentang gerakan sendi bahu, mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta
pelonggaran dari ligamen. Dalam hal ini penulis akan membahas
tentang patologi dari dislokasi shoulder joint.
Pada post
immobilisasi dislokasi
shoulder sering di jumpai adanya permasalahan seperti adanya atropi,
kontraktur, adanya nyeri gerak dan keterbatasan LGS. Dan untuk mempermudah
pemeriksaan pada kasus ini dislokasi shoulder ini dapat juga dilakukan dengan
milihat melalui photo rontgen atau (x-ray) tentang adanya perubahan bentuk dan
dijumpai adanya keterbatasan gerak serta ketidakstabilan dari sendi bahu akibat
dislokasi shoulder tersebut disi masih yang tampak adalah fragmen distal
bergeser ke dorsal serta tertarik ke proximal akibat dari cidera tersebut.
a. Etiologi
Adapun etiologi yang menyebabkan dislokasi shoulder
adalah karena
trauma yang datang dari arah anterior atau jatuh yang posisi lengan dalam
keadaan hiper flexi akibat tekanan dalam usaha untuk mempertahankan tubuh atau
karena over use (penggunaan gerakan yang berlebihan) dari sendi glenohumeral.
Bisa juga karena cidera akibat dari
benturan yang terjadi secara tiba-tiba yaitu baik langsung maupun tidak
langsung.
b. Perubahan patologi
Terlepasnya caput humeri dari
cavitas gleoidalis akan menyebabkan hilangnya continuitas normal sendi
glenohumeral yang mengakibatkan
gangguan atau kerusakan pada otot-otot rotator cuff. Kerusakan jaringan
tersebut akan di ikuti dengan kerusakan dari pembuluh darah, yang menimbulkan
pembengkakan (oedema).
Setelah dilakukan reposisi untuk
mengembalikan caput humeri ke cavitas glenoidalis. Selanjutnya harus di lakukan
immobilisasi atau meniadakan gerakan sendi bahu selama 3-6 minggu dengan menggunakan balutan
kuat yang menggunakan elastis bandage. Dimana dari posisi lengan sedikit
abduksi shoulder elbow semi flexi dan menempel di depan dada.
Akibat dari tidak dilakukannya
gerakan selama beberapa minggu sehingga adanya kelemahan otot akibat dari
kontraksi otot yang menurun. Selain itu adanya nyeri akibat sirkulasi darah di
daerah tersebut terlambat. Selain itu cairan yang ada di persendian menjadi
menumpuk karena tidak dapat diserap dengan cepat, jika keadaan ini berlangsung
terus dalam waktu yang lama maka cairan
itu akan semakin mengental dan lama kelamaan akan terbentuk jaringan fibrous
yang akhirnya terjadilah perlengketan terhadap struktur jaringan ikat
persendian.
c. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari dislokasi
shoulder adalah terlepasnya caput humeri dari cavitas gleinodalis yang menonjol
kearah anterior, sehingga menimbulkan adanya masalah salah satunya adalah nyeri
(nyeri tekan dan nyeri gerak), karena adanya kerusakan jaringan disekitar
persendian serta posisi dari lengan yang selalu menempel pada tubuh dengan
lengan bawah exorotasi( Bloch, 1978).
Adapun tanda dan gejala yang sering
di jumpai pada kondisi dislokasi
shoulder adalah sebagai berikut:
1)
Nyeri
(nyeri tekan dan nyeri gerak)
Nyeri ini timbul karena adanya
kerusakan jaringan lunak maupun pemendekan otot-otot rotator cuff yang disertai
penyumbatan pembuluh darah maupun saraf disekitar sendi bahu.
2) Spasme otot
Spasme ini disebabkan oleh rasa
nyeri yang merangsang reaksi protektif dari tubuh sehingga mengakibatkan
sirkulasi darah tidak lancar.
3) Keterbatasan gerak sendi (stiff
joint)
Karena adanya kerusakan disekitar
persendian (cairan sendi meningkat), pembuluh darah yang mengalami gangguan
akan mengeluarkan cairan exaudat dari daerah persendian (tergantung
arah dislokasi) didalam
persendian itu sendiri.
4) Gangguan fungsional
Merupakan akibat gejala-gejala yang
telah disebutkan, dimana penderita dislokasi shoulder ini akan merasa terganggu
saat melakukan aktifitasnya, seperti : menyisir rambut, memakai
baju, mengendarai sepeda motor, dll.
d.
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapatterjadi
dari kondisi dislokasi shoulder post immobilisasi ini adalah:
1) Nekrosis jaringan
Dislokasi dapat menyebabkan
penekanan pembuluh darah yang berada di daerah persendian shoulder.
2) Atropi otot
Atropi otot terjadi karena kurangnya
darah sebagai pembawa nutrisi keotot-otot disekitar persendian dan lengan bawah
serta tidak adanya pergerakan dalam waktu yang lama, maka otot-otot mengalami
pengecilan.
3) Kelemahan pada otot
Dengan mengistirahatkan otot-otot
dalam waktu yang lama akan menyebabkan kekuatan otot tersebut menjadi
berkurang.
4) Perubahan postur
Akibat dari terjadinya dislokasi shoulder mengakibatkan
adanya perubahan postur pada tubuh yaitu kyposis dan scoliosis. Kyposis terjadi
karena adanya kelemahan otot-otot disekitar shoulder. Sehingga penderita lebih
cenderumg bungkuk ke depan, sedangkan scoliosis terjadi akibat penderita
menghindari rasa nyeri sehingga penderita sering memiringkan tubuhnya kesisi
yang sakit.
e.
Prognosa
Dislokasi
shoulder jika ditangani secara
cepat oleh tim rehabilitasi medis terutama fisioterapi maka keadaan ini akan
memproleh hasil yang oftimal dalam waktu yang singkat, maka dikatakan
prognosisnya baik, sebaliknya bila kasus ini tidak ditangani secara dini maka
dapat menimbulkan kecacatan maka dikatakan prognosisnya jelek
(Sujudi, 1989).
B. Problematika Fisioterapi
Untuk mengetahui masalah yang timbul
oleh post immobilisasi dislokasi shoulder joint yang berkaitan dengan profesi
fisioterapi, maka pengetahuan tentang gambaran klinis dapat dijadikan dasar
dalam penjelasan masalah ini.
1. Impairment
Pada penderita dislokasi shoulder, biasanya ditandai dengan adanya :
a. Nyeri
Nyeri merupakan hal yang dirasakan
oleh penderita post immobilisasi dislokasi shoulder yang tidak menyenagkan dan
berkaitan dengan kerusakan jaringan adapun cara pengukuran skala nyeri dapat
dilakukan dengan skala VAS. Pengukuran skala nyeri dilakukan dengan menarik
garis lurus dengan cara memberi tanda pada awal dan ahir garis lurus tersebut.
Setelah itu pasien disuruh menunjuk tanda yang sudah ditandai sehingga terapis
dapat mengevaluasi nyeri yang dirasakan penderita ( Selamet Parjoto, 2007).
b. Penurunan kekuatan otot
Menurunnya kekuatan otot akibat
jarang digerakkan dalam waktu yang lama. Untuk mengetahui kekuaan otot dapat
menggunakan Manual Muscle Testing (MMT).
c.
Keterbatasan LGS
Terjadinya keterbatasan LGS sebagai
akibat dari sendi tidak digerakkan full ROM, tetapi hanya sebatas nyeri saja. Pengukuran LGS
bisa dilakukan dengan goniometer.
2.
Fungtional limitation
Fungtional limination yaitu problem yang berupa penurunan
atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas fungsional akibat dari impairment.
Adanya keterbatasan aktivitas fungsional pada penderita post immobilisasi
dislokasi shoulder ini yaitu berupa (1) Sulit menyuap makanan ke mulut, (2)
Sulit menyisir rambut, (3) Sulit mengancing baju, (4) Sulit mengambil sesuatu
dari tempat yang tinggi, (5) Sulit meragah dompet.
3.
Disability
Disability yaitu ketidakmampuan
pasien untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan dan
aktivitas sosial dengan masyarakat sebagai akibat dari Impairment dan Functional
Limitation. Disability
pada kasus ini yaitu ketidakmampuan penderita untuk melakukan aktivitas sosial
di masyarakat, permasalahan kemampuan fungsional yaitu adanya kesulitan pasien
untuk meluruskan lengan kanan secara maksimal sehingga penderita menjadi sulit
untuk mengemudikan kendaraan seperti sepeda motor.
C. Teknologi Intervensi Fisioterapi
1. Ultra Sound (US)
Merupakan suatu
modalitas yang menggunaan gelombang suara dan mempunyai frekuensi sangat
tinggi, tidak dapat didengar oleh telinga manusia. frekuensi yang bisa
digunakan untuk terapeutik berkisar antara (0,7MHz–3MHz). Jika energi US masuk kedalam
jaringan tubuh, maka efek pertama yang dapat dirasakan adalah efek biologis,
jika energi ini diserap oleh jaringan tubuh. Maka dengan adanya penyerapan
tersebut, semakin dalam gelombang US masuk ke tubuh maka intensitasnya akan
semakin berkurang (Toronto, 1971).
Gelombang US akan menimbulkan adanya peregangan dan
pemanfaatan di dalam jaringan, dengan frekwensi US yang sama, sehingga dapat
menimbulkan adanya variasi tekanan dalam jaringan yang berupa efek mekanik yang
lebih dikenal dengan istilah micromasage. Adanya efek
mikromassage dan panas yang ditimbulkan oleh mesin US akan memberikan efek
biologis bagi tubuh antara lain
meningkatkan sirkulasi darah, relaxsasi otot, meningkatkan permeabilitas
membran, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, pengurangan rasa nyeri dan
pengaruh terhadap saraf perifer (William, 1986).
Pembagian frekuensi ini hanya berdasarkan dapat
atau tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Pembagian ini sifatnya
subyektif, karena batas pendengaran manusia akan berubah akibat bertambahnya umur.
Dalam bidang medis gelombang ultrasonik digunakan
untuk:
1) Diagnosis, misalnya
“Doppler Blood Flow” (frekuensi 5-10 Hz,
intensitas 203 mw/cm2) dan pada “endoschopy” pemeriksaan organ dalam
Contohnya lambung.
2) Pembedahan, misalnya penghancuran batu kandung
kemih (frekuensi 0,10 Mhz, intensitas 20 – 100 w/cm2).
3) Terapeutik disebut juga terapi Ultrasaund
(frekuensi 0,7 Mhz - 3 MHZ, intensitas 0,1 - 5 w/cm2) yang banyak
digunakan fisiotrapi dalam rehabilitasi.
a.
Efek mekanik
Gelombang US masuk kedalam tubuh, maka efek
pertama yang terjadi di dalam tubuh adalah efek mekanik. Gelombang US
menimbulkan adanya peregangan dan perapatan dalam jaringan dengan frekuensi
dari US. Oleh karna itu terjadi variasi tekanan sehingga menimbulkan efek
mekanik yang biasa dikenal dengan istilah “micromassage”.
b.
Efek thermal
“Micromasasage” yang ditimbulkan oleh US akan
menghasilkan efek panas dalam jaringan. Panas yang dihasilkan untuk tiap
jaringan tidak sama, hal ini tergantung pada pemilihan bentuk gelombang (intermiten
atau kontinue), intensitas atau durasi pemakaian. Yang paling besar mendapatkan
panas adalah jaringan interfaces dibanding kulit, otot dan periosteum. Panas
yang dihasilkan dapat mempengaruhi jaringan otot , cartilago, tendon dan kulit.
Pengaruh panas yang dihasilkan US akan menambah aktivitas sel, vasodilatasi,
dan melancarkan pengangkutan sisa metabolisme.
c.
Efek biologis
Efek biologis yang
dihasilakan merupakan hasil gabungan dari pengaruh mekanik dan thermal
diantaranya, meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi otot, meningkatkan
regenerasi jaringan, pengaruh terhadap saraf perifer dan mengurangi rasa nyeri.
d.
Indikasi
Indikasi dari US adalah
keadaan-keadaan post trauma seperti : Contosio distorsi, luxaxio, fraktur,
rhematoid pada stadium tidak aktif, kelainan pada sirkulasi darah,
penyakit-penyakit pada organ dalam, kelainan pada kulit dan luka terbuka.
(Sujatno, dkk, 1998).
e.
Kontra indikasi
Kontra indikasi absolid
berupa : mata, jantung, uterus pada wanita hamil, epiphseal plates dan testis, sedangkan
kontra indikasi relatif yaitu: post laminectomi, hilangnya sensibilitas, endorprothese, tumor,
post traumatik, tromboplebitis, varices septis infalmation dan diabetes
militus. (Sujanto, dkk, 1998).
2.
Terapi
latihan
Terapi latihan merupakan salah satu
pengobatan dengan pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik
secara pasif maupun aktif, dalam menangani kondisi dislokasi shoulder post
immobilisasi digunakan jenis-jenis terapi latihan antara lain berupa passive
movement, active movement, stretching dan terapi latihan menggunakan alat (Rahmawatij, 2007).
Terapi latihan adalah petunjuk
gerakan tubuh untuk memperbaiki penurunan fungsi, meningkatkan fungsi
musculoskeletal dalam keadaan
yang baik (Kottle, 1991). Terapi latihan
merupakan tindakan fisioterapi dan dalam pelaksanaanya
menggunakan latihan gerak tubuh yang baik secara aktif maupun pasif untuk
mengatasi permasalahan kapasitas-kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang ada.
Terapi latihan dapat dibagi
menjadi :
a.
Latihan passive
movement
Adalah suatu latihan yang
digunakan dengan gerakan. Yang dihasilkan oleh tenaga/kekuatan dari luar tanpa
adanya kontraksi otot atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas
nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah memperlancar
sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan meningkatkan LGS, memperbaiki pemendekan otot, mengurangi perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan sampai
batas nyeri pasien. Gerakan passive movement ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1 ) Relaxed passive movement
Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja
otot dari bagian tubuh itu sendiri (Kisner, 1996). Dosis lalihan 2 x 8 hitungan
tiap gerakan.
2 ) Forced passive movement
Adalah gerakan yang terjadi oleh karena kekuatan dari luar tanpa diikuti
kerja otot tubuh itu sendiri tetapi pada akhirnya gerakan diberikan penekanan. Gerakan ini bertujuan: (1) mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas
jaringan, (3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi
nyeri (Kisner, 1996).
Latihan passive pada sendi
panggul ini posisi pasien tidur terlentang dan posisi terapis disamping pada
sisi yang sakit (sisi kanan). Dosis terapi 2 x 8 hitungan tiap gerakan.
b.
Latihan active movement
Merupakan gerak yang dilakukan
oleh otot-otot anggota tubuh itu sendiri (Kisner, 1996). Gerak yang dalam
mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi secara reflek dan disadari. Gerak
yang dilakukan secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga mencapai
lingkup gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan menghasilkan penurunan
nyeri. Disamping itu gerak dapat menimbulkan ”pumping action” pada kondisi
oedem sering menimbulkan keluhan nyeri, sehingga akan mendorong cairan oedem
mengikuti aliran ke proximal. Salah satu modalitas fisioterapi yang dapat diaplikasikan
untuk mengurangi ketegangan jaringan lunak termasuk otot dengan rileksasi jaringan
tersebut. Rileksasi dapat dilaksanakan sendiri oleh pasien dengan teknik aktif
ressisted active exercise.
1) Assisted active movement
Gerakan ini terjadi oleh karena
adanya kerja otot melawan gravitasi dan dibantu gerakan dan luar kecuali gaya
gravitasi. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. Efek dari gerakan
ini dapat mengurangi nyerikarena merangsang rileksasi propioseptif,
mengembangkan koordinasi dan ketrampilan untuk aktifitas fungsional. Latihan
ini dilakukan bisa berupa bantuan alat atau dari terapis dengan posisi tidur
terlentang, Dosis latihan 2 x 8 hitungan tiap gerakan.
2) Free active movement
Gerakan ini terjadi akibat
adanya kontraksi otot melawan pengaruh gravitasi tanpa adanya bantuan dan luar.
Gerakan ini dilakukan oleh pasien sendiri dengan bantuan terapis. Tiap gerakan
dilakukan 8 x 1 hitungan, efek dari gerakan ini untuk memelihara dan
meningkatan LGS, meningkatan kekuatan otot, koordinasi gerakan. Dosis latihan 2
x 8 hitungan tiap gerakan.
3) Resisted active movement
Latihan ini merupakan latihan
aktif dimana otot bekerja melawan tahanan. Tahanan ini dapat berupa dorongan
yang berlawanan arah dengan tangan terapis. Tiap gerakan dilakukan 8 x 1
hitungan.Efek dari latihan ini dapat meningkatkan tekanan otot, dimana latihan
iniakan meningkatkan rekrutment motor unit-motor unit sehingga akan semakin banyak
melibatkan komponen otot-otot yang tahanan yang diberikan dengan penurunan
frekuensi pengulangan (Kisner, 1996). Dosis latihan 2 x 8 hitungan tiap
gerakan.
4) Hold rileks
Hold rileks adalah suatu teknik
dimana otot atau grup antagonis yang memendek dikontraksikan secara isometris
dengan kuat (optimal) yang kemudian disusul dengan relaksasi otot atau grup
otot tersebut. Posisi pasien,terapis, pegangan dan fiksasi dengan gerakan harus
tepat. Gerakannya: pasien disuruh mendorong tahanan yang diberikan, terapis
melawan gerakan pasien, kemudian rileks, saat rileks terapis menggerakkan sendi
ke arah gerakan yang diinginkan sampai full ROM. Aba-aba dari terapis yaitu
dorong kuat...kuat...rileks. Diulang sampai batas nyeri.
c.
Codman pendular
exercise
Codman
pendular exercise pada mulanya adalah latihan ayunan
pasif tetapi bertujuan utnuk menambahkan luas gerak sendi. Latihan dimodifikasi
menjadi ‘active pendular exercise’, dengan menambah beban, latihan ini harus
benar-benar diajarkan kepada penderita dan dapat dilakukan dengan benar.
Gerakan dimulai dari amplitudo yang kecil meningkat
sampai terasa latihan pada struktur yang memendek atau lengket. Gerak ayunan
diarahkan ke arah gerak yang mengalami pembatasan gerakan.
Ditulis Oleh : "Ade Putra Suma"
Terima Kasih atas kunjungan Anda. Saat ini Anda sedang membaca artikel tentang Fisioterapi Pada Post Immobilisasi Dislokasi Shoulder (BAB II). Jika Anda ingin mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya, Terima Kasih.
Artikel Terkait:
Label:
Ilmu Fisioterapi
sangat bermanfaat sekali, sayang tidak dilampirkan dengan gambar2 nya, trimakasih ya
BalasHapussangat bermanfaat sekali, sayang tidak dilampirkan dengan gambar2 nya, trimakasih ya
BalasHapussama2,
Hapussering2 mampir kemari gan,,
(y)