HIV pada Anak

HIV pada Anak
 
HIV
1. Retrovirus
2. Virus RNA dg enzim transkriptase reversi
3. Berikatan dg molekul CD4 sel imun
 
Infeksi HIV pada bayi dan Anak
1. progresivitas lebih cepat
2. lebih suseptibel untuk infeksi HIV
3. sindrom rekonstruksi imun

Pada Bayi
1. sel imun perifer lebih banyak yang muda
2. sel imun lebih mudah tersensitisasi sehingga replikasi virus lebih cepat
 
Sindrom Rekonstruksi Imun
1. perburukan klinis saat mulai terapi Anti-RetroViral(ARV)
2. Tanpa bukti relaps atau rekurensi (kekambuhan) bakteri
3. Demam tinggi tanpa penyebab yang jelas
Perbaikan respon imun karena beban virus menurun
Reaksi inflamasi dan kerusakan jaringan sekitar
# pertimbangan untuk pemberian ARV pada penderita TBC
 
Immune-reconstitution inflammatory Syndrome (IRIS) atau reaksi Paradoks TB
1. Muncul gejala penyakit TB
2. Perburukan tanda dan gejala TB
Bukan karena kegagalan terapi TB atau penyakit infeksi lain saat timbulnya seiring dengan pemberian ART (bukan terapi TB)
3. Gambaran klinis : infiltrat baru, limfadenopati, demam, gejala neurologi; mungkin berat; dapat memberi respon pada terapi kortikosteroid

Saat memulai ARV pada koinfeksi TBC-HIV
1. Bila CD4 <15%
2. Jumlah absolut CD4: 750 < 1 th, 1th<500<6th, 200>6th
3. Mulai ARV antara 2 mgg – 2 bulan setelah OAT pada supresi imun berat
4. Bila supresi imun tidak berat, tunda ART hingga fase intensif selesai


Catatan:
1. Semua anak yang terpajan HIV sebaiknya dievaluasi oleh dokter, bila mungkin dokter anak.
2. Manifestasi klinis HIV stadium lanjut atau hitung CD4+ yang rendah pada ibu merupakan faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan dan laktasi.
3. Pemberian ART pada ibu dalam jangka waktu lama mengurangi risiko transmisi HIV.
4. Penggunaan obat antiretroviral yang digunakan untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak (prevention mother to child transmission, PMTCT) dengan monoterapi AZT, monoterapi AZT + dosis tunggal NVP, dosis tunggal NVP saja, berhubungan dengan insidens transmisi berturut-turut. sekitar 5-10%, 3-5%, 10-20%, pada ibu yang tidak menyusui. Insidens transmisi sekitar 2% pada ibu yang menerima kombinasi ART.
5. Transmisi HIV dapat terjadi melalui laktasi. Anak tetap mempunyai risiko mendapat HIV selama mendapat ASI.
 
Menyingkirkan Diagnosis Infeksi HIV Pada Bayi dan Anak
1. Diagnosis definitif infeksi HIV pada bayi dan anak membutuhkan uji diagnostik yang memastikan adanya virus HIV.
2. Uji antibodi HIV mendeteksi adanya antibodi HIV yang diproduksi sebagai bagian respons imun terhadap infeksi HIV. Pada anak usia ≥ 18 bulan, uji antibodi HIV dilakukan dengan cara yang sama seperti dewasa.
     · Antibodi HIV maternal yang ditransfer secara pasif selama kehamilan, dapat terdeteksi sampai umur anak 18 bulan ii,iii oleh karena itu interpretasi hasil positif uji antibodi HIV menjadi lebih sulit pada usia < 18 bulan.
     · Bayi yang terpajan HIV dan mempunyai hasil positif uji antibodi HIV pada usia 9-18 bulan dianggap berisiko tinggi mendapat infeksi HIV, namun diagnosis definitif menggunakan uji antibodi HIV hanya dapat dilakukan saat usia 18 bulan.
     · Untuk memastikan diagnosis HIV pada anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan uji virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau komponennya.
     · Anak dengan hasil positif pada uji virologi HIV pada usia berapapun dikatakan terkena infeksi HIV. Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko terinfeksi HIV, sehingga infeksi HIV baru dapat disingkirkan bila pemeriksaan dilakukan setelah ASI dihentikan > 6 minggu.
 
Terdapat dua cara untuk menyingkirkan diagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak:
1. Uji virologi HIV negatif pada anak dan bila pernah mendapat ASI, pemberiannya sudah dihentikan > 6 minggu
     HIV-DNA atau HIV-RNA atau antigen p24 dapat dilakukan minimal usia 1 bulan, idealnya 6-8 minggu untuk menyingkirkan infeksi HIV selama persalinan. Infeksi dapat disingkirkan setelah penghentian ASI > 6 minggu.
2. Uji antibodi HIV negatif pada usia 18 bulan dan ASI sudah dihentikan> 6 minggu
     · Bila uji antibodi HIV negatif saat usia 9 bulan dan ASI sudah dihentikan selama 6 minggu, dapat dikatakan tidak terinfeksi HIV.
     · Uji antibodi HIV dapat dikerjakan sedini-dininya usia 9-12 bulan karena 74% dan 96% bayi yang tidak terinfeksi HIV akan menunjukkan hasil antibodi negatif pada usia tersebut.

Catatan:
     Jika pajanan HIV tidak pasti, lakukan pemeriksaan pada ibu terlebih dahulu sebelum uji virologi pada anak. Apabila hasil pemeriksaan HIV pada ibu negatif, cari faktor risiko lain untuk transmisi HIV. Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko terinfeksi HIV, sehingga infeksi HIV baru dapat disingkirkan bila ASI sudah dihentikan > 6 minggu. Uji virologi HIV termasuk PCR HIV-DNA atau HIV-RNA (viral load) atau deteksi antigen p24. Uji virologi HIV dapat digunakan untuk memastikan diagnosis HIV pada usia berapa pun. Anak usia < 18 bulan dapat membawa antibodi HIV maternal, sehingga sulit untuk menginterpretasikan hasil uji antibodi HIV. Oleh karena itu, untuk memastikan diagnosis hanya uji virologi HIV yang direkomendasikan. Idealnya dilakukan pengulangan uji virologi HIV pada spesimen yang berbeda untuk konfirmasi hasil positif yang pertama. Pada keadaan yang terbatas, uji antibodi HIV dapat dilakukan setelah usia 18 bulan untuk konfirmasi infeksi HIV.

Catatan:
     Bila anak tidak pernah diperiksa uji virologi sebelumnya, masih mendapatkan ASI dan status ibu HIV positif, sebaiknya segera lakukan uji virologi pada usia berapa pun.


Catatan:
Menurut definisi Integrated Management of Childhood Illness (IMCI):
1. Oral thrush adalah lapisan putih kekuningan di atas mukosa yang normal atau kemerahan (pseudomembran), atau bercak merah di lidah, langit-langit mulut atau tepi mulut, disertai rasa nyeri. Tidak bereaksi dengan pengobatan antifungal topikal.
2. Pneumonia adalah batuk atau sesak napas pada anak dengan gambaran chest indrawing, stridor atau tanda bahaya seperti letargik atau penurunan kesadaran, tidak dapat minum atau menyusu, muntah, dan adanya kejang selama episode sakit sekarang. Membaik dengan pengobatan antibiotik.
3. Sepsis adalah demam atau hipotermia pada bayi muda dengan tanda yang berat eperti bernapas cepat, chest indrawing, ubun-ubun besar membonjol, letargi, gerakan berkurang, tidak mau minum atau menyusu, kejang, dan lain-lain.
     a. Prosedur uji HIV harus mengikuti pedoman dan algoritma HIV nasional.
     b. Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko terinfeksi HIV, sehingga infeksi HIV dapat disingkirkan bila ASI dihentikan > 6 minggu.

Catatan:
1. Hasil positif uji antibodi HIV awal (rapid atau ELISA) harus dikonfirmasi oleh uji kedua (ELISA) menggunakan reagen berbeda. Pada pemilihan uji antibodi HIV untuk diagnosis, uji pertama harus memiliki sensitivitas tertinggi, sedangkan uji kedua dan ketiga spesifisitas yang sama atau lebih tinggi daripada uji pertama. Umumnya, WHO menganjurkan uji yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang sama atau lebih tinggi.
2. Di negara dengan estimasi prevalensi HIV rendah, uji konfirmasi (uji antibodi HIV ketiga) diperlukan pada bayi dan anak yang asimtomatik tanpa pajanan terhadap HIV.
3. Diagnosis definitif HIV pada anak > 18 bulan (riwayat pajanan diketahui atau tidak) dapat dilakukan dengan uji antibodi HIV, sesuai algoritme pada dewasa.
4. Uji virologi HIV dapat dilakukan pada usia berapapun.
 
HIV pada Anak



Tidak ada komentar:

Posting Komentar