1. Definisi
Tendinitis Patella merupakan peradangan pada patella yang terjadi saat melompat.
Patella tendinitis atau “jumpers knee“ adalah suatu kondisi yang dihasilkan dari penggunaan berlebihan dari lutut.
Tendinitis patellaris adalah terjadinya rasa nyeri pada tendon patella yang menghubungkan tempurung dengan tulang tibia, karena adanya peradangan yang disebabkan oleh ketegangan otot yang terjadi secara terus - menerus.
2. Etiologi
Adapun penyebab tendininis patellaris yaitu trauma, kelelahan otot-otot disekeliling sendi lutut dan penggunaan sendi yang berlebihan.
1) Trauma
Dengan adanya trauma pada sendi lutut pada saat melompat, kemungkinan akan terjadi cedera, yang disebabkan oleh penarikan pada tendon yang berlebihan sehingga terjadi perobekan pada tendon patella.
2) Kelelahan otot-otot disekeliling sendi lutut
Keseimbangan sendi lutut baik dalam sikap berdiri, melompat dan berjalan dihasilkan oleh kekuatan atau kerja otot disekeliling lutut, bila terjadi kelelahan yang belebihan pada otot-otot tersebut terutama otot bagian flexor dapat mengakibatkan kesalahan keseimbangan pada sendi lutut. Sehingga otot – otot tersebut tidak dapat berkontraksi karena kurangnya pergerakan pada daerah lutut.
3) Penggunaan sendi berlebihan
Dalam hal ini daya tahan cartilago articularis lama-kelamaan akan berkurang karena terus menerus dari berat badan.
Hal yang paling berpengaruh dalam terjadinya tendinitis patella adalah aktifitas melompat yang terus-menerus pada saat atlit bermain.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi terjadinya cedera Terbagi atas dua faktor utama, yaitu :
a) Faktor-faktor intrinsik (Ferretti 1986) : (1) Sex, Pria lebih sering terkena (rasio 6:1), (2) Umur, rentan terkena cedera Usia 18-30 tahun, (3) Keterpaduan lutut, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fleksibilitas yang lebih rendah dari paha depan dan otot hamstring dapat berkontribusi bagi pengembangan tendinitis patella dalam populasi atletik Sudut longitudinal otot paha depan, (4) Posisi tempurung lutut, (5) Gerakan rotasi tibia / femoralis dan (6) Stabilitas lutut.
Selain itu terjadinya tendinitis patella juga memiliki hubungan dengan kekakuan group otot hamstring dan group otot quadriceps (Writvrouw et al. 2001) dan sudut fleksi lutut pada saat tekanan terjadi (Richards et al. 1996)
b) Faktor-faktor ekstrinsik (Ferretti 1986) : (1) Kerasnya permukaan tempat bermain (Semen 38% Parket 4% Linoleum 23%), (2) Panjang sesi pelatihan.
Sedangkan menurut Bassett et al. (1990) cedera ini dipengaruhi oleh :
a) besarnya gaya terapan
b) durasi beban
c) sudut fleksi lutut selama tekanan terjadi
3. Perubahan Patologi
Bila tendon patella mengalami radang maka akan di ikuti proses radang di sekitar tendon tersebut.
Proses radang ditandai fase – fase yaitu fase inflamasi respon (0 – 4) ditandai adanya tanda inflamasi, respon sel berupa pelepasan leukosit dan sel phagocytic lainnya, reaksi vascular terjadi pembekuan darah dan peningkatan jaringan fibrin, pada fase ini mulai terjadi penutupan luka.
Fase fibroflactic refair (5 – 6 minggu) terjadi proses ploriferasi dan regenerasi secara aktif dimulai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang kemudian menjadi kolagen. Terjadi proses profilerasi dimana kolagen menjadi lebih solid dan kuat. Pada fase initiatives jaringan sudah mulai berfungsi.
Fase remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodeling dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat, elastic, dan tanpa perdarahan sudah terjadi.
4. Tanda dan gejala
1) Adanya rasa nyeri pada daerah lutut.
Nyeri merupakan tanda peringatan terhadap organism untuk berhenti atau menghindar dari aktifitas yang dapat merusak dan membiarkan proses regenerasi berlangsung. Rasa nyeri yang dikeluhkan pada daerah lutut terjadi akibat kerusakan dan gangguan pada ujung – ujung saraf yang mengalami penekanan.
2) Spasme otot quadriceps femoris, hamstring dan gastrocnimeus.
Spasme otot – otot pada daerah lutut terjadi karena adanya penarikan yang terlalu kuat pada jaringan lunak secara spontan atau tiba – tiba atau adanya peningkatan ketegangan jaringan lunak pada daerah lutut sehingga akan menimbulkan rasa nyeri pada daerah lutut tersebut.
3) Keterbatasan gerak dari jongkok ke berdiri.
Keterbatasan gerak sendi lutut terjadi karena adanya nyeri, bengkak sehingga penderita akan cenderung mempertahankan sendi lutut untuk tidak bergarak dan otot – otot penggerak sendi lutut dalam keadaan memendek sehingga akan terjadi kontraktur. Dengan adanya kontraktur pada otot penggerak sendi lutut maka akan terjadi penurunan lingkup gerak sendi pada sendi lutut.
4) Kesemutan (neuropati) pada daerah lutut.
Kebas – kebas atau kesemutan pada daerah lutut terutama pada tendon patella yang mengalami kerusakan terjadi akibat penyempitan dan penekanan pada ujung – ujung saraf.
5) Rasa nyeri ketika meluruskan kaki.
Keterbatasan gerak sendi lutut terjadi karena adanya nyeri sehingga penderita akan cenderung mempertahankan sendi lutut untu tidak bergerak, sehingga ketika lutut digerakkan extensi nyeri akan terjadi.
5. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnose pada penderita tendinitis patellaris diperlukan beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan didapat dari anamneses yang cermat, pengamatan dan test khusus agar tidak mengalami kesalahan dalam diagnosis. Diagnosis pada tendinitis patellaris dapat berupa keterbatasan gerak dari jongkok ke berdiri karena adanya rasa nyeri. Test khusus yang digunakan pada kasus ini adalah gerakan isometrik melawan tahanan pada gerakan extensi lutut, apabila ditemukan adanya rasa nyeri pada daerah depan lutut maka positif terjadinya tendinitis patella. Selain itu diperlukan adanya pemeriksaan penunjang yaitu dengan MRI.
6. Diagnosa banding
1) Soff tissue swelling (pembengkakan pada jaringan lunak sendi).
2) Chondromalacia patella.
Pembebanan yang terlalu berat dan bersifat kronis dapat mengakibatkan kelainan–kelainan degeneratif didalam lapisan tulang rawan pada patella bagian belakang atau didalam tulang rawan persendian condylus femoris (terutama yang lateral). Kelainan-kelainan degeneratif ini sering terjadi dalam hal arthrosis (melunak, pembentukan fissura, fregmentasi, orosi yang disertai eksposisi tulang subkontral) yang sering mengenai tulang rawan. Bila terjadi iritasi maka akan timbul hydrops atau penumpukan cairan.
3) Tendopati Insersi quadriceps
Penderita mengeluh tentang adanya rasa sakit di daerah patella, yang bertambah sakit bila membungkuk, jongkok, berlutut dan melakukan gerakan-gerakan seperti naik turun tangga, bersepeda dan lainnya. Dalam pemeriksaan timbulnya nyeri jika dilakukan gerakan extensi yang ditahan dan juga flexi pasif. Apabila di palpasi maka akan ditemukan suatu daerah atau atau yang biasanya terbatas dengan rasa nyeri tekan pada sisi patella.
7. Komplikasi
1) Stif joint pada sendi lutut.
Stif joint pada sendi lutut dapat disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain yaitu dengan adanya rasa nyeri yang dirasakan penderita sehingga penderita sulit untuk menggerakkan sendi lutut dan ketika hal ini berlangsung lama akan terjadi perlenggketan jaringan dan kekakuan sendi lutut.
2) Contraktur pada daerah lutut.
Kontraktur dapat terjadi akibat keterbatasan gerak pada sendi lutut sehingga penderita cenderung mempertahankan sendi lututnya untuk tidak bergerak yang kemudian otot-otot disekitar lutut melemah dan mengalami pemendekan.
3) Penurunan kekuatan otot quadriceps femoris, hamstring dan gasrocnimeus.
Tidak adanya pergerakan yang maximal dari sendi lutut akibat nyeri yang dirasakan akan menimbulkan kontraksi otot akan berkurang, hal ini akan membuat otot-otot akan mengalami kelemahan.
8. Prognosis
Pada kasus ini mempunyai prognosis yang baik, jika atlit mendapatkan perawatan yang cepat dan intensif. Prognosa dapat berupa qua ad sanam baik, qua ad vitam baik, qua ad cosmetica baik dan qua ad fungsional baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar