Stress

Stress 02 Stress
     Stress merupakan keadaan dan tuntutan yang melebihi kemampuan dan sumber daya adaptif individu untuk mengatasinya, sehingga tuntutan dan keadaan (stressor) tersebut menimbulkan ketegangan baik secara fisik maupun psikis. Stress dapat juga didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa dan respon, interpretasi individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan yang di luar kemampuan individu untuk mengatasinya (Rice, 1994).

     Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa stress mencakup dua hal yang saling terkait yaitu stimulasi, peristiwa, kondisi, kejadian yang menimbulkan ketegangan yang biasnya disebut sebagai stressor, dan kedua merupakan respon, dan interpretasi individu.

     Stress dapat dilihat sebagai respon (response-based perspective) maupun stimulus-stressor (stimulus-based perspective) atau merupakan perpaduan yang menyeluruh dari kedua hal tersebut. Yang jelas stress merupakan suatu keadaan yang menuntut dan membebani individu baik secara fisioogis maupun psikologis yang menimbulkan tegangan, sehingga hal ini membuat individu berusaha untuk mengatasinya.

     Selye (dalam Rice, 1992) membedakan keadaan stress menjadi dua macam, pertama eustress yaitu respon terhadap kejadian-kejadian positif, seperti mendapatkan undangan pembicara, mendapatkan kenaikan jabatan  dan sebagainya. Kedua adalah distress yaitu respon terhadap kejadian-kejadian negatif seperti kematian anak, istri, di PHK dari pekerjaannaya, dan sebagainya.

Faktor-Faktor yang Menimbulkan Stress
     Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress pada individu. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress disebut stressor. Rice (1992) menggolongkan macam stressor sebagai berikut.

  1. Stressor Individual. Stressor ini terletak pada faktor internal individu seperti keperibadian, sikap terhadap stress dan faktor kognitif (penilaian terhadap stress). Sebagai contoh adalah individu yang memiliki pola perilaku tipe A (type A behavior pattern) digambarkan sebagai individu yang tidak sabaran, serba dikejar waktu, sanagt kompetitif dan agresif, secara umum mempunyai sikap bermusuhan, dan tidak bisa untuk santai. Beberapa hasil penelitian yang dihimpun menunjukkan bahwa individu yang memiliki pola perilaku tipe A lebih mudah terkena distress, serangan jantung, depresi, tingkat kolestrol yang tinggi dan hipertensi (dalam Rice, 1992).
  2. Stressor Interpersonal. Stressor ini berhubungan dengan adanya persoalan dalam proses interaksi dengan orang lain seperti permusuhan, konflik dengan teman, tetangga, bawahan, atasan atau orang-orang terdekat dalam keluarga. Rasa dendam dan permusuhan dengan orang lain akan menimbulkan ketegangan secara fisik sehingga meningkatkan sekresi hormon-hormon stress dalam tubuh seperti adrenalin, noradrenalin, dan cortisol.
  3. Stressor Sosial. Stressor ini muncul di dalam kehidupan sosial seperti  terjadinya perubahan sosial yang cepat, urbanisasi, pemukiman kumuh, tingkat kriminalitas yang tinggi, kemacetan dan kepadatan lalu lintas, kepadatan pemukiman, konflik antar masyarakat dan terisolasinya individu di dalma masyarakat yang semakin individuaistis terutama di kota-kota besar. Seperti contoh konflik bernuansa SARA yang terjadi di Ambon, dan di Sampit, memunculkan stress, depresi, kecemasan, keputusasaan dan trauma yang mendalam bagi masyarakat baik itu anak-anak, pria dan wanita. Semua hal diatas jeas menimbulkan stress yang berat sehingga jika tidak bisa dikendalikan maka akan menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya.
  4. Stressor Lingkungan Fisik. Stressor ini datang dari lingkungan fisik disekitar individu seperti cuaca, temperatur, kecepatan angin, kebisingan, populasi dan bencana toknologi maupun bencana alam. Stressor ini sering individu hadapi dalma kehidupannya sehigga memaksa individu untuk mampu meakukan adaptasi dan melakukan coping terhadapnya.
  5. Stressor Organisasional. Stressor ini berada pada setting yang lebih khusus yaitu organisasi atau perusahaan. Jenis-jenis stressor yang timbul baik bersifat struktural, maupun kultural seperti stress pekerjaan, jadwal kerja yang padat, struktur tugas yang berat, kebjakan perusahaan yang negatif, budaya organisasiyang destruktif dan lain sebagainya. Individu yang berada dalam organisasi pasti akan menghadapi jenis-jenis stressor diatas, sehingga menuntut individu untuk mampu mengendalikannya sebaik mungkin.
Stress

Tidak ada komentar:

Posting Komentar