Fisioterapi Pada Penderita Tendinitis Patella Atlet Volli (BAB II)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Deskripsi Kasus

1.        Definisi Tendinitis Patella
Merupakan peradangan pada patella yang terjadi saat melompat (Hardianto Wibowo, 1992).
Patella tendinitis atau “ jumpers knee “ adalah suatu kondisi yang di hasil kan dari penggunaan berlebihan dari lutut. (David Edell, 2000).

Tendinitis patellaris adalah terjadinya rasa nyeri pada tendon patella yang menghubungkan tempurung dengan tulang tibia, karena adanya peradangan yang disebabkan oleh ketegangan otot yang terjadi secara terus - menerus.

2.        Anatomi dan Fisiologi
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tendinitis patella ini, maka dalam kerangka teori ini, penulis akan membahas terlebih dahulu mengenai anatomi dan fisiologi tentang knee joint. Adapun hal-hal pokok yang di bahas adalah anatomi dan fisiologi yang meliputi:
a.    Tulang
Tulang merupakan alat ungkit dalam gerakan, memberi bentuk pada tubuh yang menyediakan permukaan untuk mengaitnya otot-otot. Knee joint dibentuk ole beberapa tulang yaitu:
1.    Tulang Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut Kaput femoris. Disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris  terdapat  laju  yang  disebut  trokanter  mayor  dan  trokanter  minor. Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis, diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella)yang disebut Fosa Kondilus 3.
2.    Tulang Tempurung Lutut ( patella )
Patella adalah tulang sesamoid yang terdapat di dalam tendon m.quadriceps. Berbentuk segi tiga dengan puncaknya mengarah ke bawah, puncaknya berhubungan dengan tuberositas tibia melalui ligament patella. Permukaan posterior berartikulasio dengan kondilus femoralis. Kondilus femoralis terletak pada posisi terbuka di depan sendi lutut dan dengan mudah di palpasi melalui kulit, di pisahkan dari kulit oleh bursa subcutanea. Tepi atas lateral dan medial menjadi perlengketan berbagai bagian dari m.quadriceps femoralis. Otot ini di cegah ke lateral selama bekerja oleh serat horizontal bawah dari m.vastus medialis dan oleh besarnya kondilus lateral femoralis.
3.    Tulang Tibia
Tibia berfungsi memindahkan berat badan dari femur ke talus. Ujung atas tibia memiliki kondilus tibia medialis dan lateralis, berartikulasi dengan kondilus femoralis, kondilus tibialis medialis lebih besar dari pada lateralis. Area interkondilaris adalah daerah antara kondilus tibialis, dimana terdapat dua tonjolan (tuberkulum interkondilaris medialis dan lateralis). Pada bagian anterior korpus atas, tuberositas tibia bisa di temukan dengan mudah dan ini merupakan tempat insersio ligament patella. Potongan melintang korpus berbentuk segitiga. Korpus memiliki sisi anterior, medial, dan lateral serta permukaan posterior, lateral, dan medial. Batas anterior dan permukaan medial korpus seluruhnya terletak subkutan. Oleh karena itulah korpus tibia merupakan tempat tersering terjadinya fraktur terbuka. Pada permukaan posterior korpus terdapat garis miring (linea soleal) yang menandai origo m.soleus pada tibia. N.popliteus memasuki area trigeminum di atas linea soleal.
Fibula berartikulasi dengan tibia di superior pada permukaan artikularis aspek postero-inferior kondilus lateralis (artikulasio tibiofibularis / tibiafibula joint). Insisura fibularis terletak di sebelah lateral ujung bawah tibia untuk berartikulasi dengan fibula pada sindesmosis tibiofibularis. Pada bagian inferior tibia menonjol membentuk maleolus medialis. Maleolus medialis turut membentuk mata kaki yang menstabilkan talus. Maleolus medialis memiliki sulkus di posterior untuk lewatnya tendon tibialis posterior.
4.    Tulang Fibula
Tulang fibula tidak termasuk tulang pembentuk articulasio genu (knee joint) dan tidak turut memindahkan berat badan. Fungsi utama tulang fibula adalah origo otot-otot dan turut berperan dalam articulasio talokruralis (ankle joint).
Prosesus stiloideus merupakan tonjolan pada kaput fibula yang merupakan tempat insersi tendon biseps (disekitar ligament kolateral lateralis). Kolum fibula memisahkan kaput dari korpus fibula. N.fibularis komunis melengkung di sekitar kolum sebelum terbagi menjadi cabang-cabang superfisial dan profunda. Nervus ini mudah terkena trauma pada fraktur kolum fibula yang menyebabkan drop foot.
Pada potongan melintang fibula tampak terbentuk segitiga.Tulang ini memiliki sisi anterior, medial (interoseus), dan posterior dengan permukaan anterior, lateral, dan posterior. Pada ujung bawah fibula adalah maleolus lateral. Struktur ini merupakan bagian lateral mata kaki yang menstabilkan talus. Permukaan medialnya halus untuk berartikulasi dengan talus. Aspek posterior malleolus bersulkus untuk lewat tendon peroneus longus dan brevis. Maleolus lateral memiliki tonjolan lebih ke bawah di banding maleolus medialis.
b.    Otot
Otot-otot pada sendi lutut berdasarkan fungsinya terdiri dari :
1)      Biceps femoris
Origo : untuk caput longum ditepi bawah tuber ischiadicum  dan caput brevis pada labium lateral linea aspera.
Insertion : pada capitulum fibula lateral.
Inervasi : Nervus peroneus communis (caput brevis).
Fungsi : Untuk flexi knee joint, extensi hip joint.
2)      Semi membranosus
Origo : Bagian atas tuber ischiadicum.
Insertio : Pada condylus medialis tibia.
Inervasi : Nervus tibialis L4 – S3.
Fungsi : Flexi knee joint dan extensi hip joint.
3)      Semi tendinosus
Origo : Tuber ishiadicum.
Insetio : Pada permukaan antero medial bagian proximal tibia.
Inervasi : Nervus tibialis L4 – S3.
Fungsi : Extensi hip joint dan flexi knee joint.
4)      Rectus femoris
Origo : Spina Iliaca anterior inferior dan superior acatabulum.
Insertio : Melekat pada patella berupa berupa tendon yang terakhir pada tuborsitas tibia.
Inervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi : Flexi dan abduksi hip joint dan extensi knee.
5)      Gastrocnemius
Origo : Condylus medialis dan condylus lateralis femoris.
Insertion : Bagian posterior os calcaneus.
Innervasi : Nervus tibialis cabang S1 – S2.
Fungsi : Plantar flexi ankle joint dan flexi knee joint.
6)      Popliteus
Origo : Epicondylus lateralis femoris dan lig. Popliteum arquatum.
Insertion : Facies posterior tibia.
Inervasi : Nervus tibialis cabang L4, L5 – S 1
Fungsi : Membantu flexi knee joint.
Sedangkan otot-otot paha bagian anterior untuk gerakan extensi sendi lutut sebagai penggerak utamanya adalah quadriceps femoris yang merupakan gabungan dari empat otot dan otot-otot lain yaitu :
1)      Vastus lateralis
Origo : Dataran lateral dan anterior trochantor mayor labium lateral linea aspera.
Insertion : Melekat pada patella dan berakhir sebagai tendon pada tuberositas tibia.
Inervasi :  Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi :  Extensi knee joint.
2)      Vastus intermedius
Origo : Dataran anterior corpus femoris.
Insertion : Berjalan kebawah dan akhirnya melekat pada Patella kemudian berlanjut sebagai tendon yang berakhir pada tuborsitas tibia.
Inervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi : Extensi knee joint.
3)      Vastus medialis
Origo : Labium medial linea aspera.
Insertion : patella dan berakhir sebagai tendon tubersitas tibia.
Inervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi : Extensi knee joint.
4)      Gracilis
Origo : Pada ramus anterior ossis pubis dan ossis ischii.
Insertio : Tuborsitas tibia dibelakang tendon m. Sartorius.
Inervasi : Ramus anterior nervus obturatoria cabang L2 – L4.
Fungsi : Adduksi, flexsi hip joint dan flexi knee joint.
5)      Sartorius   
Origo : Spina iliaca anterior superior.
Insertion : Melekat pada tubositas tibia.
Innervasi : Nervus femoralis cabang L2 – L4.
Fungsi : Flexi, adduksi hip joint juga flexi knee joint.
6)      Tensor facialata
Origo : Spina iliaca anterior superior.
Insertion : Samping lateral tibia.
Innervasi : Nervus bagian superior gluteal.
Fungsi : Flexi, endorotasi, abduksi hip joint dan flexi lutut.

c.    Tendon patella
Tendon merupakan suatu jaringan yang kuat dan tidak elastis. Tendon ini dibentuk oleh suatu jaringan yang yang terdapat serabut – serabut kenyal dan serabut kolagen. Jaringan ikat yang membentuk tendon adalah jaringan fibrosa yang sering disebut dengan jaringan fibrosa putih, karna terbentuk dari serabut kolagen putih atau serabut simpal putih yang mengkilat dan sifatnya lemas, kuat tetapi tidak elastic, serta sedikit pembuluh darah.    Tendon berfungsi sebagai penghubung antara otot dengan otot atau suatu tulang dengan ikut membantu otot dalam menggerakkan sendi.
Tendon patella adalah lanjutan dari tendon quadriceps yang lurus, bergabung dengan tempurung lutut dan tibia. Tendon tersebut beerasal dari inferior tulang patella dan masuk ke tuberositas tibialis, ini memiliki panjang sekitar 6 cm dan lebar sekitar 3 cm. Tendon ini berfungsi untuk membantu otot quadriceps melakukan gerakan extensi knee. Serta membantu gerakan aktif untuk mendorong individu dari tanah dalam melakukan lompatan dan juga berfungsi dalam menstabilkan sendi lutut dalam melakukan pendaratan.
Dengan demikian tendon ini berada dibawah jumlah stress yang besar terutama pada individu yang secara aktif menambah ketegangan pada sendi lutut, seperti pada atlit voli yang secara teratur melakukan olahraga yang melibatkan perubahan arah dan gerakan melompat. Dengan regangan yang terus berulang maka akan terjadi penekanan yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya degenerasi kolagen yang akan mempengaruhi terjadinya peradangan pada tendon patella.
d.   Struktur sendi
1)      Ligament
Dalam sendi lutut terdapat ligament yang memperkuat sendi lutut, terdiri dari ligamentum patellaris, ligamentum collateral medial, ligamentum collateral lateral, ligamentum popliteum obliqum, ligamentum popliteum arcuatum, ligamentum crusiatum anterior dan posterior.
2)      Synovial
Dalam lutut terdapat synovial yaitu selaput pembungkus permukaan capsul fibrosa, dan disini terjadi gerakan yang luas. Susunan ini terdiri dari articular capsul dan synovial membrane yang membentuk cafum synovial. Synovial membrane menghasilkan cairan synovial yang berfungsi sebagai pelican sendi, member makanan pada articularis dan mengabsorbsi cartilage yang rusak dan benda asing yang ada dalam persendian.
3)      Bursa
 Bursa yaitu lapisan yang terdapat diantara otot, ligament, dan tulang yang fungsinya untuk mengurangi gesekan urat-urat disekitar lutut. Bursa yang terbesar adalah bursa patellaris, prepatellaris infra patellaris, dan bursa cutaneus yang terletak di daerah depan lutut, di bagian belakang terdapat bursa gastrocnimeus dan busa semi membranosus. Dibagian media terdapat bursa arcerina dan bursa Sartorius.
4)      Meniscus
Meniscus terdiri dari jaringan penyambung padat kolagen dan sel-sel seperti tulang rawan. Meniscus juga terdiri dari meniscus medialis yang bebentuk semi sirkularis dan bersatu dengan ligamentum collateral medial, dan meniscus lateralis yang bentuknya hampir sirkular dan bersatu dengan legamentum collateral atau capsular. Meniscus lateralis lebih banyak dari pada meniscus medialis.
e.    Persyarafan
Persyarafan yang ada pada sendi lutut adalah N.femoralis, N.iskiadikus, N.tibialis, dan N.fibularis komunis.  N.femoralis merupakan cabang pleksus lumbalis yang terbesar. Syaraf ini muncul ditepi lateral m.psoas kemudian menuruni fosa iliaka dan lewat di bawah ligamentum inguinale. Di titik ini nervus terletak pada m.iliakus, yang dipersyarafinya. Cabangnya dalam trigonum femoralis hanya sedikit lima centimeter di bawah ligamentum inguinale. N.femoralis mempersyarafi bagian ruang anterior paha. Devisi anterior memiliki dua cabang kutaneus dan cabang muskuler. Cabang kutaneus n.kutaneus femoris medialis dan N.kutaneus femoris intermedius, turut mensyarafi kulit permukaan medial dan posterior paha. Cabang muskuler mempersyarafi m.sartorius dan m.pectineus.
Devisi posterior memiliki satu cabang kutaneus, N.saphenus, dan cabang muskuler ke m.quadriceps. N.saphenus berjalan ke bawah dan medial, menyilang A.femoris dari sisi lateral ke medial. Ia menembus fascia profunda pada sisi medial sendi lutut, setelah muncul diantara tendon m.sartorius dan m.grasilis, kemudian berjalan turun pada sisi medial tungkai bawah bersama V.saphena magna, lalu berjalan ke depan maleolus medialis dan sepanjang tepian medial tungkai dan kaki.
N.iskiadikus merupakan cabang dari lumbal empat dan sakrum tiga. Syaraf ini melewati foramen iskiadika mayor di bawah m.piriformis dalam lapisan m.gluteus maksimus. Di regio gluteal saraf ini lewat di atas m.gemelus superior, m.obturatorius internus, dan m.gemelus inferior kemudian diatas m.quadratus femoris dan m.adduktor magnus pada paha saat turun di garis tengah.
N.iskiadikus terbagi menjadi cabang-cabang terminal, N.tibialis dan N.fibularis komunis, biasanya tepat dibawah pertengahan paha. N.iskiadikus memiliki dua cabang yaitu N.tibialis dan N.fibularis komunis. N.tibialis merupakan cabang terminal N.iskiadikus. Syaraf ini melintasi fosa poplitea dari sisi lateral ke medial melalui bagian bawah arkus fibrosa soleus dan, pada tungkai, turun bersama A.tibialis posterior. Syaraf ini menyilang A.tibialis posterior dari medial ke lateral di pertengahan betis dan, bersama dengan A.tibialis, lewat dibelakang maleolus medialis dan kemudian di bawah retinakulum muskulorum fleksorum pedis di mana syaraf ini turut mensyarafi articulasio genus, m.gastroknemius, dan otot-otot profunda di bagian belakang tungkai.
N.fibularis komunis merupakan cabang terminal N.iskiadikus. Syaraf ini melewati sisi medial tendon biseps sepanjang batas superolateral fosa poplitea. Syaraf ini melengkung di sekeliling kolum fibula dan, dalam m.peroneus longus dimana syaraf ini turut mensyarafi articulasio genus, juga mensyarafi kulit di atas dua pertiga lateral tungkai dan seluruh dorsum kaki.
f.     Peredaran Darah
Kebutuhan nutrisi pada sendi lutut di pasok oleh arteri-arteri pada tungkai (pembuluh darah arteri tungkai). A.femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligament inguinale, dan merupakan lanjutan A.illiaca externa. A.femoralis merupakan pemasok darah utama bagi tungkai. A.femoralis berjalan turun hampir vertikal ke tuberkulum adduktorum dan berakhir pada lubang dalam m.abduktor magnus dan memasuki spatia poplitea sebagai A.poplitea. A.poplitea bercabang menjadi tiga yaitu A.tibialis anterior, A.tibialis posterior, dan A.peroneus. A.tibialis anterior menjalar ke bawah menjadi A.arcuota, sedangkan perjalanan dari A.tibialis posterior dan A.peroneus menjadi A.dorsalis pedis.
Arteri profunda femoris adalah arteri besar yang timbul dari sisi lateral A.femoralis dalam trigonum femorale, kurang lebih empat centimeter di bawah ligament inguinale. Arteri ini keluar dari ruang anterior paha melalui bagian belakang m.abduktor longus, berjalan turun di antara m.abduktor longus dan m.abduktor brevis, kemudian menuju abduktor magnus, tempat berakhirnya A.profunda femoris sebagai perforans ke empat. A.profunda femoris bercabang menjadi A.cirkumfleksa femoris medial, A.cirkkumfleksa femoris lateral, tempat A.perforantes. Sisa hasil metabolisme akan di bawa kembali ke jantung oleh pembuluh darah vena.
g.    Persendian
Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan, (2) ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia, ke arah belakang, (3) ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar, (4) ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut fleksi 90 derajat, (5) ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum, (6) ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis. Semua ligament tersebut
berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping ligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) bursa popliteus, (2) bursa supra patellaris, (3) bursa infra patellaris, (4) bursa subcutan prapatellaris, (5) bursa sub patellaris, (6) bursa prapatellaris.
h.    Pergerakan
Pada sendi lutut terdapat tiga hubungan persendian, masing-masing tibio femoral joint, patello femoral joint dan superior tibio fibular joint. Dari ketiga hubungan persendian tersebut diatas maka tibio femoral joint mempunyai gerak yang luas dan nyata seperti flexi dan extensi disamping gerakan asesori, abduksi, adduksi, rotasi, posteroanterior / anteroposterior.
Pada patello femoral joint terjadi gerakan-gerakan longitudinale cephal / caudal dan medial / lateral tranversal. Sedangkan pada superior tibio fibular joint terjadi gerakan antero posterior dan longitudinale.
 Pada sendi lutut terdapat 4 (empat) ligamentum, masing-masing ligamentum kollateral medial dan lateral, ligamentum krusiatum anterior dan
posterior. Dipandang dari arah anteroposterior, sendi lutut tidak lurus tetapi bengkok ke lateral kira-kira 170 derajat (Varus) dan ini berbeda-beda pada setiap individu. Bila seseorang berdiri tegak dengan kaki rapat, kedua corpus femur dan tibia mempunyai kecondongan ke lateral dimana tulang femur lebih condong dari pada tibia, pada posisi diatas permukaan sendi horizontal. Tetapi lebih renggang, corpus tibia yang tegak lurus dan permukaan sendi akan lebih miring. Gerakan sendi lutut sangat ditentukan oleh bentuk permukaan sendi dan kekuatan ligamentum kollateral mencegah gerakan lutut ke lateral, ligamentum krusiatum untuk stabilisator pada posisi flexi, untuk mencegah / menjaga terjadinya pemelesetan sendi ke arah anterior dan posterior. Aksis gerakan fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi melewati condylus femoris. Untuk gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis femoris.
Biomekanik Gerak Lutut Pada Pemain Voli
Knee jumper adalah cedera olahraga umum kronis yang terletak di sekitar sendi lutut pada tendon patela, terutama di bola voli, dimana selama melompat tinggi kecepatan pergerakan yang dikombinasikan dengan pembangunan kekuatan. Banyak pemain menderita knee jumper atau memiliki riwayat knee jumper itu. Hal ini sebagian besar mengarah ke defisit kelembutan, rasa sakit dan fungsional, yang dapat menghasilkan tingkat kinerja yang rendah, tidak adanya pelatihan, atau bahkan dapat menjadi penyebab utama knee jumper. Gerakan pola kelompok yang berbeda dari pemain bola voli diukur dan dianalisis dengan metode biomekanik untuk menemukan faktor risiko yang mungkin dalam teknik melompat atau arahan untuk pengembangan knee jumper itu. Untuk mempelajari teknik hubungan antara melompat dan mendarat dan memiliki knee jumper ini, orang melakukan pendaratan penurunan melompat dari beberapa ketinggian, saat menyerang melompat spike dan melompat saat blok. Salah satu faktor risiko utama yang mungkin untuk pengembangan knee jumper di voli tampaknya kurang fleksi sendi selama bagian pertama dari dampak mendarat setelah melompat (teknik pendaratan kaku). Hal ini menyebabkan tingginya kekuatan di sekitar sendi lutut, dan dapat menyebabkan microtrauma kumulatif pada tendon patela, dengan knee jumper sebagai hasilnya.

3.        Patologi
Untuk mencapai hasil yang di harapkan, seorang fisioterapis juga harus mengerti mengenai patologi dan kondisi tersebut. Patologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perubahan – perubahan struktur anatomi dan fisiologi alat tubuh yang sakit, mulai dan tingkat molekuler sampai pengaruh nya yang tampak pada individu.
a.         Etiologi  
Adapun penyebab tendininis patellaris yaitu trauma, kelelahan otot-otot disekeliling sendi lutut dan penggunaan sendi yang berlebihan.
1)   Trauma
Dengan adanya trauma pada sendi lutut pada saat melompat, kemungkinan akan terjadi cedera, yang disebabkan oleh penarikan pada tendon yang berlebihan sehingga terjadi perobekan pada tendon patella.
2)   Kelelahan otot-otot disekeliling sendi lutut
Keseimbangan sendi lutut baik dalam sikap berdiri, melompat dan berjalan dihasilkan oleh kekuatan atau kerja otot disekeliling lutut, bila terjadi kelelahan yang belebihan  pada otot-otot tersebut terutama otot bagian flexor dapat mengakibatkan kesalahan keseimbangan pada sendi lutut. Sehingga otot – otot tersebut tidak dapat berkontraksi karena kurangnya pergerakan pada daerah lutut.
3)   Penggunaan sendi berlebihan
Dalam hal ini daya tahan cartilago articularis lama-kelamaan akan berkurang karena terus menerus dari berat badan.
Hal yang paling berpengaruh dalam terjadinya tendinitis patella adalah aktifitas melompat yang terus-menerus pada saat atlit bermain.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi terjadinya cedera Terbagi atas dua faktor utama, yaitu :
a)      Faktor-faktor intrinsik (Ferretti 1986) : (1) Sex, Pria lebih sering terkena (rasio 6:1), (2) Umur, rentan terkena cedera Usia 18-30 tahun, (3) Keterpaduan lutut, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fleksibilitas yang lebih rendah dari paha depan dan otot hamstring dapat berkontribusi bagi pengembangan tendinitis patella dalam populasi atletik Sudut longitudinal otot paha depan, (4) Posisi tempurung lutut, (5) Gerakan rotasi tibia / femoralis dan (6) Stabilitas lutut.
Selain itu terjadinya tendinitis patella juga memiliki  hubungan dengan kekakuan group otot hamstring dan group otot quadriceps (Writvrouw et al. 2001) dan sudut fleksi lutut  pada saat tekanan terjadi (Richards et al. 1996)
b)      Faktor-faktor ekstrinsik (Ferretti 1986) : (1) Kerasnya  permukaan  tempat bermain (Semen 38% Parket 4% Linoleum 23%), (2) Panjang sesi pelatihan.
Sedangkan menurut Bassett et al. (1990) cedera ini dipengaruhi oleh
a)      besarnya gaya terapan
b)      durasi beban
c)       sudut fleksi lutut selama tekanan terjadi
b.      Perubahan Patologi
Bila tendon  patella mengalami radang maka akan di ikuti proses radang di sekitar tendon tersebut.
Proses radang ditandai fase – fase yaitu fase inflamasi respon ( 0 – 4 ) ditandai adanya tanda inflamasi, respon sel berupa pelepasan leukosit dan sel phagocytic lainnya, reaksi vascular terjadi pembekuan darah dan peningkatan jaringan fibrin, pada fase ini mulai terjadi penutupan luka.
Fase fibroflactic refair ( 5 – 6 minggu ) terjadi proses ploriferasi dan regenerasi secara aktif dimulai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang kemudian menjadi kolagen. Terjadi proses profilerasi dimana kolagen menjadi lebih solid dan kuat. Pada fase initiatives jaringan sudah mulai berfungsi.
Fase remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodeling dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat, elastic, dan tanpa perdarahan sudah terjadi.
c.       Tanda dan gejala
1)      Adanya rasa nyeri pada daerah lutut.
Nyeri merupakan tanda peringatan terhadap organism untuk berhenti atau menghindar dari aktifitas yang dapat merusak dan membiarkan proses regenerasi berlangsung (Gnattz, 1995). Rasa nyeri yang dikeluhkan pada daerah lutut terjadi akibat kerusakan dan gangguan pada ujung – ujung saraf yang mengalami penekanan.
2)      Spasme otot quadriceps femoris, hamstring dan gastrocnimeus.
Spasme otot – otot pada daerah lutut terjadi karena adanya penarikan yang terlalu kuat pada jaringan lunak secara spontan atau tiba – tiba atau adanya peningkatan ketegangan jaringan lunak pada daerah lutut sehingga akan menimbulkan rasa nyeri pada daerah lutut tersebut.
3)      Keterbatasan gerak dari jongkok ke berdiri.
Keterbatasan gerak sendi lutut terjadi karena adanya nyeri, bengkak sehingga penderita akan cenderung mempertahankan sendi lutut untuk tidak bergarak dan otot – otot penggerak sendi lutut dalam keadaan memendek sehingga akan terjadi kontraktur. Dengan adanya kontraktur pada otot penggerak sendi lutut maka akan terjadi penurunan lingkup gerak sendi pada sendi lutut (Saleem, 1995).
4)      Kesemutan (neuropati) pada daerah lutut.
Kebas – kebas atau kesemutan pada daerah lutut terutama pada tendon patella yang mengalami kerusakan terjadi akibat penyempitan dan penekanan pada ujung – ujung saraf.
5)      Rasa nyeri ketika meluruskan kaki.
Keterbatasan gerak sendi lutut terjadi karena adanya nyeri sehingga penderita akan cenderung mempertahankan sendi lutut untu tidak bergerak, sehingga ketika lutut digerakkan extensi nyeri akan terjadi.
d.      Diagnosa
Untuk menegakkan diagnose pada penderita tendinitis patellaris diperlukan beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan didapat dari anamneses yang cermat, pengamatan dan test khusus agar tidak mengalami kesalahan dalam diagnosis. Diagnosis pada tendinitis patellaris dapat berupa keterbatasan gerak dari jongkok ke berdiri karena adanya rasa nyeri. Test khusus yang digunakan pada kasus ini adalah gerakan isometrik melawan tahanan pada gerakan extensi lutut, apabila ditemukan adanya rasa nyeri pada daerah depan lutut maka positif terjadinya tendinitis patella. Selain itu diperlukan adanya pemeriksaan penunjang yaitu dengan MRI.
e.    Diagnosa banding
1)      Soff tissue swelling (pembengkakan pada jaringan lunak sendi).
2)      Chondromalacia patella.
Pembebanan yang terlalu berat dan bersifat kronis dapat mengakibatkan kelainan–kelainan degeneratif didalam lapisan tulang rawan pada patella bagian belakang atau didalam tulang rawan persendian condylus femoris ( terutama yang lateral). Kelainan-kelainan degeneratif ini sering terjadi dalam hal arthrosis (melunak, pembentukan fissura, fregmentasi, orosi yang disertai eksposisi tulang subkontral) yang sering mengenai tulang rawan. Bila terjadi iritasi maka akan timbul hydrops atau penumpukan cairan.
3)      Tendopati Insersi quadriceps
Penderita mengeluh tentang adanya rasa sakit di daerah patella, yang bertambah sakit bila membungkuk, jongkok, berlutut dan melakukan gerakan-gerakan seperti naik turun tangga, bersepeda dan lainnya. Dalam pemeriksaan timbulnya nyeri jika dilakukan gerakan extensi yang ditahan dan juga flexi pasif. Apabila di palpasi maka akan ditemukan suatu daerah atau atau yang biasanya terbatas dengan rasa nyeri tekan pada sisi patella. 
f.     Komplikasi
1)      Stif joint pada sendi lutut.
Stif joint pada sendi lutut dapat disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain yaitu dengan adanya rasa nyeri yang dirasakan penderita sehingga penderita sulit untuk menggerakkan sendi lutut dan ketika hal ini berlangsung lama akan terjadi perlenggketan jaringan dan kekakuan sendi lutut.
2)      Contraktur pada daerah lutut.
Kontraktur dapat terjadi akibat keterbatasan gerak pada sendi lutut sehingga penderita cenderung mempertahankan sendi lututnya untuk tidak bergerak yang kemudian otot-otot disekitar lutut melemah dan mengalami pemendekan.
3)      Penurunan kekuatan otot quadriceps femoris, hamstring dan gasrocnimeus.
Tidak adanya pergerakan yang maximal dari sendi lutut akibat nyeri yang dirasakan akan menimbulkan kontraksi otot akan berkurang, hal ini akan membuat otot-otot akan mengalami kelemahan.
g.    Prognosis
Pada kasus ini mempunyai prognosis yang baik, jika atlit mendapatkan perawatan yang cepat dan intensif. Prognosa dapat berupa qua ad sanam baik, qua ad vitam baik, qua ad cosmetica baik dan qua ad fungsional baik.

B.       Deskripsi Problematik Fisioterapi
Problematik yang didapati pada Tendinitis Patellaris pada atlit voli antara lain :
1.        Impairment, meliputi
a.  rasa nyeri
Rasa nyeri akan timbul pada bagian bawah dan depan tempurung lutut terutama ketika dilakukan gerakan menekan. Nyeri juga akan terjadi karena adanya kontraksi dari otot paha depan atau group otot Quadriceps.
b.  adanya bengkak pada tendon yang terkena akibat adanya penumpukancairan dalam proses peradangan (fase akut).
c.   Adanya kekakuan pada sendi akibat desakan cairan di sekitar jaringan yang meradang.
2.        Fungtional Limitation
Dengan adanya peradangan pada tendon patella akan mengakibatkan ganguan aktifitas jongkok ke berdiri, dan pola jalan dari atlit akan terganggu.

C.      Teknologi Intevensi Fisioterapi
Teknologi intervensi fisioterapi yang penulis pilih dalam kasus tendinitis patella adalah Ultra Sound dan terapi latihan.
1.         Ultra Sound
a.    Efek Mekanik
Gelombang suara masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek yang pertama yang terjadi di dalam tubuh adalah efek mekanik. Gelombang Ultra Sound menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari Ultra Sound. Oleh karna itu terjadilah adanya variasi tekanan di dalam jaringan.Jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik yang lebih dikenal dengan istilah micromassage adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan menimbulkan.
b.    Efek Panas
Micromassage yang ditimbulkan oleh Ultra Soundakan menimbulkan efek panas dalam jaringan. Efek panas yang diperoleh adalah tidak sama untuk setiap jaringan, ini tergantung dari beberapa factor yang dapat ditentukan seperti bentuk aplikasi Ultra Sound( continue dan intermitten ), intensitas dan lamanya terapi.
c.   Efek-efek Biologis
1)    Meningkatkan sirkulasi darah
Terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang diakibatkan oleh adanya reaksi terhadap efek panas.
2)      Relaksasi otot
Perbaikan sirkulasi darah akan dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot, oleh karena zat-zat pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu vibrasi Ultra Sound dapat mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah relaksasi otot.
3)      Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan
Telah dapat ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sound dapat memperbaiki proses regenerasi pada berbagai macam jaringan. Ini karena kekuatan mekanik Ultra Sound dapat menyebabkan gerakan-gerakan bebas molekul-molekul dalam jaringan tubuh.
4)      Pengurangan rasa nyeri
Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga berpengaruh langsung pada saraf.Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui serabut saraf tersebut.
Dasar dari pengurangan rasa nyeri diperoleh dari :
(1)      Perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan.
(2)      Normalisasi dari tonus otot.
(3)      Berkurangnya tekanan dalam jaringan.
(4)      Bekurangnya derajad keasaman.
(5)      Stimulasi pada serabut saraf afferent.
d.   Indikasi
(1)   Kelainan - kelainan pada jaringan seperti tulang, sendi, otot.
(2)   Keadaan post traumatic seperti contusion, distorsi, luxation, faraktur    dan kontraktur, Bursitis, kapsulitis, tendinitis.
(3)   Kelainan – kelainan sirkulasi darah seperti oedema dan lain - lain.
e.   Kontra indikasi
1.      Absolut
Semua kontra indikasi seperti yang berlaku untuk terapi panas, berlaku juga untuk Ulta Sound. Berdasarkan pertimbangan keamanan, beberapa organ yang tidak diberikan terapi Ultra Soundseperti :
a)      Mata : Karena dapat memberikan kemungkinan terjadinya cavitasi di dalam kelenjar air mata, yang bahkan dapat sampai terjadi kerusakan.
b)      Jantung
c)      Uterus pada wanita hamil :Meskipun intensitas yang dapat mencapai uterus sangatlah kecil tetapi dari segi keamanan, daerah perut pada wanita hamil tidak boleh diberikan.
d)     Testis : Karena pengaruh getaran Ultra Sound pada jaringan ini belum dipastikan, maka daerah ini tidak boleh diberikan Ultra Sound.
2.      Relatif
Post laminectomi, Hilangnya sensibilitas, TumorPost traumatic, Diabetes melitus.
2. Terapi latihan
Pada uraian ini penulis membahas macam dan teknik latihan yakni : Latihan streching, aktif dan latihan pasif
a.       Streching
Streching adalah gerakan yang diberikan oleh adanya kekuatan dari luar, sedangkan penderita tetap dalam keadaan rilex. Pada akhir ruang gerak dari sendi diberikan penekanan yang bertujuan untuk menambah ROM.
b.      Eccentrik exercise
Excentrik adalah suatu kontraksi otot dimana ujung-ujung otot saling menjahui. Dan eccentric exercise adalah latihan yang dilakukan pada daerah lutut dimana latihan-latihan ini menempatkan banyak gaya pada tendon patella. Latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara memperkuat otot-otot quadriceps dan tendon patella.
Ditulis Oleh : "Ade Putra Suma"
ade putra suma Terima Kasih atas kunjungan Anda. Saat ini Anda sedang membaca artikel tentang Fisioterapi Pada Penderita Tendinitis Patella Atlet Volli (BAB II). Jika Anda ingin mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya, Terima Kasih.
Artikel Terkait:

2 komentar untuk "Fisioterapi Pada Penderita Tendinitis Patella Atlet Volli (BAB II)"